DLH Mataram Gunakan Batako Limbah Plastik untuk TPST Modern
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram memanfaatkan puluhan ribu batako dari limbah plastik untuk menata areal Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya, sebagai solusi inovatif pengelolaan sampah plastik dan potensi pendapatan daerah.
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki inovasi baru dalam pengelolaan sampah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram memanfaatkan batako daur ulang dari limbah plastik untuk menata areal Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern Sandubaya. Ide ini muncul sebagai respon terhadap tingginya volume sampah plastik yang mencapai 61 persen dari total sampah yang diolah, sekitar 28 ton per hari.
Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Mataram, Vidi Partisan Yuris Gamanjaya, menjelaskan bahwa produksi batako dari limbah plastik telah mencapai puluhan ribu keping. "Alhamdulillah, produksi batako dari limbah plastik saat ini sudah mencapai puluhan ribu keping, sehingga bisa kami manfaatkan untuk penataan areal TPST," ujarnya pada Kamis lalu di Mataram.
Inovasi ini didorong oleh keinginan untuk menciptakan pendapatan baru bagi daerah dari pengolahan limbah. Meskipun demikian, penjualan batako masih terkendala karena belum adanya aturan resmi. Saat ini, batako yang diproduksi sekitar 150-180 keping per hari (sekitar 5 meter persegi) digunakan untuk penataan TPST sebagai uji coba.
Dari hasil uji coba, kualitas batako dinilai kuat dan tahan cuaca, kecuali jika terkena api besar dalam jangka waktu lama. Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, telah memberikan izin penggunaan batako ini untuk penataan jalan atau taman lingkungan, dengan syarat pengajuan permohonan resmi ke DLH.
DLH Kota Mataram juga sedang melakukan kajian penetapan harga batako. Dengan mempertimbangkan harga batako konvensional sekitar Rp60.000-Rp70.000 per meter persegi, harga batako daur ulang ini ditargetkan lebih terjangkau, kemungkinan sekitar Rp40.000-Rp50.000 per meter persegi. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat mendapatkan alternatif yang lebih ekonomis.
TPST modern Sandubaya sendiri mengolah sekitar 40-46 ton sampah per hari dari Kecamatan Sandubaya dan Cakranegara. Sebanyak 18 ton merupakan sampah organik, sisanya sampah non-organik, didominasi plastik.
Langkah DLH Mataram ini merupakan contoh nyata inovasi dalam pengelolaan sampah dan pemanfaatan limbah. Selain mengurangi volume sampah plastik, inovasi ini juga berpotensi meningkatkan pendapatan daerah dan menyediakan alternatif material bangunan yang ramah lingkungan.
Ke depannya, dengan adanya regulasi yang mendukung, pemanfaatan batako limbah plastik ini bisa lebih meluas dan memberikan dampak positif yang lebih signifikan bagi lingkungan dan perekonomian daerah.