Freeport Indonesia Resmikan PMR: Dorong Hilirisasi Logam Mulia dan Perekonomian Nasional
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengumumkan beroperasinya PMR, pabrik pemurnian logam mulia terbesar di dunia, yang akan mempercepat hilirisasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, mengumumkan beroperasinya fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur. Peresmian pabrik pemurnian logam mulia ini, yang menelan biaya sekitar 630 juta dolar AS atau setara Rp10 triliun, menandai langkah signifikan dalam percepatan program hilirisasi industri logam mulia nasional. Pabrik ini menggunakan teknologi hydrometallurgy, sebuah proses ekstraksi dan pemurnian logam mulia yang efisien dan efektif. Peresmian ini dihadiri oleh Presiden RI Prabowo Subianto.
Dengan teknologi hydrometallurgy, PMR PTFI menjadi fasilitas pemurnian lumpur anoda terbesar di dunia. Proses pemurnian melibatkan lima tahap utama: slime handling (pengambilan lumpur anoda), chlorination (pelarutan logam dengan asam klorida), gold recovery (ekstraksi emas), gold reduction (perubahan fase emas menjadi bubuk murni), dan pencetakan emas murni menjadi batangan. Proses ini menghasilkan emas dengan kemurnian 99,99 persen.
Keberadaan PMR diharapkan akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Selain menghasilkan emas, PMR juga memproduksi perak, platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal. Produk-produk ini dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. "Fasilitas PMR percepat hilirisasi industri logam mulia menjadi bahan baku industri lanjutan dan menciptakan efek berganda yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," jelas Tony Wenas.
Hilirisasi Logam Mulia dan Peningkatan Ekonomi
Produksi perdana PMR pada 30 Desember 2024 telah menghasilkan emas dengan kemurnian tinggi. Hingga 9 Maret 2025, produksi emas telah mencapai 1.062 ton dengan nilai sekitar Rp1,7 triliun. PTFI memproyeksikan produksi emas mencapai 50 ton per tahun dengan nilai Rp80 triliun. Selain emas, PMR juga menghasilkan perak berkadar 99,9 persen dengan berat 1.000 ounces atau setara 31,1 kilogram per batang.
Peresmian PMR juga ditandai dengan penandatanganan perjanjian jual beli emas antara PTFI dan PT Antam sebanyak 30 ton per tahun. Kolaborasi ini memperkuat upaya industrialisasi emas dalam negeri, mulai dari proses penambangan hingga produk akhir. Langkah ini menunjukkan komitmen nyata untuk mengembangkan industri logam mulia di Indonesia.
Dengan kapasitas produksi yang besar dan teknologi canggih, PMR PTFI menempatkan Indonesia sebagai salah satu produsen emas terbesar di dunia, memperkuat posisi Indonesia dalam industri logam mulia global. Hal ini akan berdampak positif terhadap devisa negara dan membuka peluang kerja baru.
Detail Proses Pemurnian di PMR
Berikut detail proses pemurnian logam mulia di PMR PTFI:
- Slime Handling: Pengambilan lumpur anoda dari proses sebelumnya.
- Chlorination: Pelarutan logam menggunakan asam klorida.
- Gold Recovery: Ekstraksi emas dari larutan.
- Gold Reduction: Perubahan fase emas menjadi bubuk murni.
- Pencetakan Batangan: Pencetakan emas murni menjadi batangan siap jual.
Proses ini menghasilkan emas dengan kemurnian 99,99 persen dan perak dengan kemurnian 99,9 persen. Selain itu, PMR juga menghasilkan logam berharga lainnya seperti platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal.
Dengan beroperasinya PMR, Indonesia semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama dalam industri logam mulia global, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja baru. Investasi besar dan teknologi canggih yang digunakan menunjukkan komitmen PTFI dalam mendukung program hilirisasi pemerintah.