Impor Kurma Indonesia Melonjak Jelang Ramadhan: Mesir Jadi Negara Penyuplai Terbesar
BPS mencatat lonjakan impor kurma Indonesia pada Februari 2025 mencapai 16,47 ribu ton, dengan Mesir sebagai penyumbang terbesar, menandakan peningkatan permintaan menjelang Ramadhan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan signifikan pada impor kurma Indonesia di bulan Februari 2025. Sebanyak 16,47 ribu ton kurma diimpor dengan nilai mencapai 18,09 juta dolar AS. Lonjakan impor ini terjadi menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1446 H, menunjukkan peningkatan permintaan domestik terhadap kurma sebagai komoditas penting selama periode tersebut. Data ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin lalu.
Peningkatan impor kurma telah terlihat sejak lima bulan sebelum Ramadhan dan Lebaran. Impor tertinggi tercatat pada Januari (16,43 ribu ton) dan Februari (16,47 ribu ton) 2025. Hal ini menunjukkan tren yang jelas terkait peningkatan konsumsi kurma di Indonesia selama bulan-bulan tersebut. Data ini menjadi indikator penting bagi pelaku usaha di sektor perdagangan dan distribusi kurma untuk mengantisipasi permintaan pasar.
Lebih lanjut, data BPS juga memberikan gambaran mengenai asal negara impor kurma. Distribusi impor kurma menunjukkan adanya kebergantungan pada beberapa negara utama. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam konteks ketahanan pangan dan diversifikasi sumber impor.
Mesir Kuasai Pasar Impor Kurma Indonesia
Mesir menjadi negara penyumbang impor kurma terbesar ke Indonesia pada Februari 2025, dengan total impor mencapai 9,24 ribu ton atau 56,12 persen dari total impor. Posisi kedua ditempati oleh Arab Saudi dengan 2,69 ribu ton (16,32 persen), diikuti oleh Uni Emirat Arab dengan 1,19 ribu ton (7,22 persen). Data ini menunjukkan dominasi Mesir dalam memenuhi kebutuhan kurma di pasar Indonesia.
Tren ini berlanjut jika dilihat secara kumulatif pada periode Januari-Februari 2025. Mesir masih menjadi penyumbang terbesar dengan 19,39 ribu ton (58 persen) dari total impor 32,89 ribu ton. Arab Saudi berkontribusi 13,87 persen, Uni Emirat Arab 8,96 persen, Tunisia 5,87 persen, dan Iran 4,39 persen. Dominasi Mesir ini perlu dikaji lebih lanjut terkait strategi perdagangan dan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Mesir.
Data BPS juga menunjukkan bahwa impor kurma pada bulan Januari 2025 mencapai 16,43 ribu ton senilai 20,68 juta dolar AS (sekitar Rp335 miliar), sementara pada Desember 2024 tercatat 10,5 ribu ton. Perbandingan data ini menunjukkan lonjakan signifikan pada awal tahun 2025.
Neraca Perdagangan Indonesia: Surplus dan Defisit
Selain data impor kurma, BPS juga merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025. Indonesia mencatat surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS, meskipun turun 0,38 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. Surplus ini terutama ditopang oleh surplus komoditas non migas sebesar 4,84 miliar dolar AS, yang berasal dari komoditas seperti lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit 1,72 miliar dolar AS. Amerika Serikat, India, dan Filipina menjadi tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia. Sebaliknya, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok, Australia, dan Brazil.
Data impor kurma dan neraca perdagangan ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai kondisi ekonomi Indonesia pada Februari 2025. Peningkatan impor kurma menjelang Ramadhan menunjukkan dinamika pasar domestik, sementara data neraca perdagangan memberikan gambaran yang lebih luas mengenai kinerja ekspor dan impor Indonesia di pasar global. Informasi ini penting bagi pemerintah dan pelaku usaha dalam mengambil kebijakan dan strategi yang tepat.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan tren peningkatan impor kurma di Indonesia, terutama menjelang bulan Ramadhan. Dominasi Mesir sebagai pemasok utama perlu menjadi perhatian dalam konteks diversifikasi sumber impor dan strategi perdagangan ke depan. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan surplus, meskipun terdapat defisit pada komoditas migas. Informasi ini penting bagi perencanaan ekonomi dan kebijakan perdagangan Indonesia.