Inflasi Banten: Pergeseran Konsumsi Picu Kenaikan Harga
Inflasi di Banten meningkat karena pergeseran tren konsumsi masyarakat ke produk manufaktur, sementara fokus pemerintah kini tertuju pada komoditas pangan yang berpotensi inflasi tinggi.
Pemerintah Provinsi Banten melaporkan peningkatan inflasi, salah satu penyebabnya adalah pergeseran tren konsumsi masyarakat dari bahan pokok ke produk manufaktur seperti pakaian dan sepatu. Hal ini diungkapkan Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Nana Supiana, di Serang pada Senin, 21 Januari 2024.
Pergeseran Pola Konsumsi
Menurut Nana, peralihan belanja masyarakat ke produk manufaktur turut mendorong inflasi. "Itu terjadi inflasi, masyarakat ada yang mengalihkan konsumsi belanjanya ke situ," jelasnya usai rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Fokus pada Komoditas Pangan
Saat ini, TPID Banten memfokuskan perhatian pada komoditas pangan yang berpotensi menyebabkan inflasi tinggi, seperti cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih. Langkah ini penting untuk mengendalikan harga dan menstabilkan perekonomian daerah.
Deflasi dan Keseimbangan Ekonomi
Meskipun inflasi di Banten tergolong terkendali, data BPS Provinsi Banten tahun 2024 mencatat lima kali deflasi, tiga di antaranya terjadi secara berturut-turut. Nana menjelaskan, "Itu menunjukkan bahwa daya beli masyarakat kurang, menunjukkan ada penurunan daya beli." Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara inflasi dan deflasi melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan dan penyesuaian pola konsumsi masyarakat.
Diversifikasi Konsumsi sebagai Solusi
Nana menambahkan, diversifikasi pola konsumsi dapat menjadi strategi efektif untuk menekan inflasi. "Inflasi juga kalau terlalu tinggi juga nggak bagus, terlalu rendah juga iya. Jadi kita memiliki kunci kesetimbangan aja, antara dua kutub itu, kutub deflasi dan kutub inflasi," ujarnya. Pemerintah mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam mengatur pengeluaran.
Data Inflasi Banten Desember 2024
Inflasi di Provinsi Banten pada Desember 2024 mencapai 1,88 persen (y-on-y), 0,50 persen (m-to-m), dan 1,88 persen (y-to-d). Komoditas penyumbang inflasi y-on-y terbesar meliputi emas perhiasan (0,27 persen), kopi bubuk (0,22 persen), dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) (0,16 persen).
Kesimpulan
Inflasi di Banten didorong oleh pergeseran tren konsumsi ke produk manufaktur. Pemerintah berupaya mengendalikan inflasi melalui fokus pada komoditas pangan dan mendorong diversifikasi konsumsi masyarakat untuk mencapai keseimbangan ekonomi.