Investor Lokal Diminta Jadi 'Market Maker' untuk Perbaiki IHSG
Ekonom UI mendorong investor lokal, terutama institusi besar seperti BPJS Ketenagakerjaan, untuk berperan sebagai 'market maker' guna menstabilkan IHSG yang tengah melemah.
Penurunan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, 18 Maret 2023, telah mendorong para ekonom untuk menyerukan peran aktif investor lokal. Guru Besar FEB UI, Budi Frensidy, dan Ekonom LPEM FEB UI, Teuku Riefky, sepakat bahwa perlu adanya intervensi untuk memperbaiki kondisi IHSG yang sempat mengalami trading halt akibat penurunan lebih dari 5 persen. Mereka menekankan pentingnya peran investor dalam negeri sebagai penopang stabilitas pasar saham.
Budi Frensidy menjelaskan bahwa institusi-institusi dalam negeri yang mengelola dana besar, seperti BPJS Ketenagakerjaan (dengan dana kelolaan sekitar Rp800 triliun), TASPEN, dan dana pensiun BUMN, perlu berperan sebagai market maker atau liquidity provider. Market maker bertanggung jawab menjaga kestabilan dan likuiditas pasar dengan aktif membeli dan menjual aset keuangan. Sementara liquidity provider memfasilitasi transaksi untuk meningkatkan likuiditas pasar.
Penurunan IHSG yang cukup drastis, mencapai 6,12 persen pada sesi I dan 3,84 persen pada penutupan perdagangan Selasa, menunjukkan urgensi langkah-langkah perbaikan. Kondisi ini membutuhkan respons cepat dan tepat dari berbagai pihak, termasuk investor domestik dan pemerintah.
Peran Aktif Investor Institusi Domestik
Budi Frensidy menegaskan pentingnya peran investor institusi dalam negeri sebagai market maker. Ia menekankan bahwa "Yang utamanya diperlukan (untuk memperkuat kondisi IHSG) adalah investor institusi dalam negeri yang mengelola dana besar untuk bersedia menjadi market maker atau liquidity provider." Hal ini dinilai krusial untuk menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar.
Institusi-institusi besar di dalam negeri memiliki potensi untuk menjadi penyeimbang dalam pasar saham. Dengan kemampuan finansial yang besar, mereka dapat melakukan intervensi untuk mencegah fluktuasi yang tajam dan menjaga likuiditas pasar. Partisipasi aktif mereka akan memberikan sinyal positif bagi investor lain dan membantu memulihkan kepercayaan.
Teuku Riefky menambahkan bahwa pemerintah juga perlu berperan aktif dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. "Perlu kepastian kebijakan, kepastian hukum, dan mengurangi berbagai langkah kebijakan yang merugikan," ujarnya. Kebijakan yang jelas dan konsisten akan memberikan rasa aman bagi investor dan mendorong investasi.
Kebijakan Pemerintah yang Lebih Bijak
Selain peran investor, Budi Frensidy juga menyoroti pentingnya pemerintah untuk mengevaluasi program-program yang berpotensi memberatkan kondisi fiskal negara dan keuangan BUMN. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak terlalu ambisius dengan proyek-proyek yang kurang realistis dan berdampak negatif pada keuangan negara. "Pemerintah jangan terlalu ambisius dengan proyek-proyek yang kurang realistis dan sangat memberatkan fiskal dan juga BUMN," tegasnya.
Pengendalian fiskal yang baik dan pengelolaan BUMN yang efisien sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Hal ini akan berdampak positif terhadap pasar saham dan meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing.
Pemerintah perlu fokus pada kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan menciptakan iklim investasi yang menarik. Dengan demikian, IHSG dapat kembali pulih dan berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional.
Kesimpulannya, perbaikan IHSG membutuhkan sinergi antara investor domestik dan pemerintah. Investor institusi besar perlu berperan aktif sebagai market maker, sementara pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif dan bijak dalam mengelola keuangan negara.