Jamaah Haji Ponorogo Terbagi 5 Kloter, Ada yang Berangkat Beda Hari!
Kebijakan baru Arab Saudi soal 'one kloter one syarikah' membuat jamaah haji Ponorogo terbagi dalam lima kloter dengan jadwal keberangkatan berbeda, memisahkan beberapa keluarga.
Ponorogo, Jawa Timur, 15 Mei 2024 - Kepastian jumlah kloter jamaah calon haji (JCH) asal Ponorogo telah diumumkan. Bukan dua, melainkan lima kloter yang akan memberangkatkan 461 JCH Ponorogo menuju Tanah Suci tahun ini. Perubahan ini disebabkan kebijakan baru pemerintah Arab Saudi yang menerapkan sistem 'one kloter one syarikah', di mana satu perusahaan penyedia layanan bertanggung jawab penuh atas satu kloter jamaah.
Sistem baru ini, menurut Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Ponorogo, Marjuni, berdampak pada pembagian kloter dan jadwal keberangkatan. "Artinya, satu kloter akan dilayani oleh satu perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas akomodasi, konsumsi, dan transportasi jamaah," jelas Marjuni dalam keterangannya, Kamis (15/5).
Penambahan kloter ini menimbulkan dinamika baru. Tiga kloter tambahan, yaitu Kloter 51, 56, dan 83, bergabung dengan kloter awal, 52 dan 53. Perbedaan waktu keberangkatan pun terjadi; Kloter 51, 52, dan 53 berangkat pada Jumat (15/5), sementara Kloter 56 pada Ahad (18/5), dan Kloter 83 pada Ahad (25/5).
Pembagian Kloter dan Dampaknya
Rincian jumlah jamaah di setiap kloter cukup beragam. Kloter 51 terdiri dari 22 orang, Kloter 52 berjumlah 20 orang, Kloter 53 sebanyak 376 orang, Kloter 56 berjumlah 28 orang, dan Kloter 83 hanya 5 orang. Pembagian yang tidak merata ini menimbulkan konsekuensi, terutama bagi jamaah yang memiliki keluarga.
Sistem 'one kloter one syarikah' ini menyebabkan beberapa keluarga harus terpisah karena perbedaan waktu pengurusan visa. "Beberapa jamaah lebih dulu menyelesaikan visa, sementara proses pengajuan pendamping dan penggabungan mahram seperti suami-istri dilakukan belakangan. Karena itu ada yang visanya keluar belakangan dan akhirnya berangkat beda kloter," ungkap Marjuni.
Situasi ini tentu menyisakan kekhawatiran. Kemenag Ponorogo, menurut Marjuni, berupaya melakukan negosiasi dengan pemerintah Arab Saudi agar jamaah dengan hubungan mahram atau lansia dan pendampingnya dapat tetap diberangkatkan dalam satu kloter. "Kami usahakan tetap bisa diakomodasi dalam satu kloter. Nantinya saat kedatangan di Arab Saudi, penataan ulang akan dilakukan oleh PPIH Arab Saudi," tambahnya.
Upaya Kemenag Ponorogo
Pihak Kemenag Ponorogo menyadari sepenuhnya potensi masalah yang ditimbulkan oleh sistem baru ini. Mereka berkomitmen untuk terus berupaya mencari solusi terbaik bagi para jamaah, terutama dalam hal menjaga kekompakan keluarga. Koordinasi intensif dengan pihak terkait, termasuk PPIH Arab Saudi, terus dilakukan untuk memastikan kelancaran perjalanan ibadah haji para jamaah.
Meskipun terdapat kendala, Kemenag Ponorogo tetap optimistis bahwa ibadah haji para jamaah akan berjalan lancar dan penuh berkah. Mereka berharap agar negosiasi dengan pihak Arab Saudi dapat membuahkan hasil positif sehingga keluarga yang terpisahkan dapat kembali bersama di Tanah Suci.
Proses keberangkatan jamaah haji ini menjadi pembelajaran penting bagi penyelenggaraan haji di masa mendatang. Koordinasi yang lebih baik dan antisipasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah Arab Saudi sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif bagi para jamaah.
Semoga para jamaah haji dari Ponorogo dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar dan kembali ke tanah air dengan selamat.