Juwai IQI Optimistis: Ekonomi RI Tumbuh 4,5-5 Persen di 2025
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 4,5-5 persen pada 2025, didorong oleh stabilitas ekonomi dan konsumsi domestik yang kuat, menurut Juwai IQI.
Jakarta, 28 April 2025 - Firma real estat dan investasi global asal Malaysia, Juwai IQI, memberikan proyeksi optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025, yaitu berada di kisaran 4,5 hingga 5 persen. Proyeksi ini disampaikan langsung oleh Chief Economist Juwai IQI, Shan Saeed, dalam Media Briefing: Outlook Ekonomi Indonesia 2025 di Jakarta. Pernyataan ini disampaikan Senin lalu, dan menjadi sorotan utama berbagai media ekonomi di Indonesia.
Optimisme Juwai IQI ini didasarkan pada sejumlah faktor kunci. Stabilitas makroekonomi Indonesia yang terjaga, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun keuangan, menjadi landasan utama prediksi tersebut. Pemerintah dinilai berhasil mempertahankan kepercayaan ekonomi di dalam negeri, sehingga mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Shan Saeed menekankan bahwa "Kami di Juwai IQI cukup bullish terhadap prospek ekonomi Indonesia karena stabilitas makro yang terjaga, baik dari sisi politik, ekonomi, maupun keuangan. Pemerintah berada di jalur yang benar dan berhasil mempertahankan kepercayaan ekonomi di dalam negeri." Pernyataan ini menunjukkan keyakinan kuat Juwai IQI terhadap potensi ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Beberapa faktor mendasari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif. Konsumsi domestik yang tetap solid menjadi penggerak utama. Aliran investasi asing yang deras juga turut berkontribusi signifikan, didorong oleh demografi Indonesia yang mencapai lebih dari 280 juta jiwa. Ketahanan sektor moneter dan fiskal semakin memperkuat fondasi ekonomi Indonesia.
Shan Saeed juga memberikan apresiasi terhadap langkah Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas struktural. Hal ini termasuk mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun akan berada di kisaran Rp16.000 hingga Rp16.500 per dolar AS, yang dianggapnya sebagai nilai yang wajar.
Lebih lanjut, Shan menjelaskan bahwa "Ketika berbicara soal stabilitas struktural, ada tiga komponen utama yakni politik, siklus ekonomi dan fundamental struktural. Jadi secara keseluruhan saya pikir rupiah hingga akhir tahun seharusnya diperdagangkan di kisaran Rp16.000 sampai dengan Rp16.500 (per dolar AS) yang merupakan nilai wajar." Hal ini menunjukkan keyakinan Juwai IQI terhadap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia.
Indonesia: Negara yang Relevan bagi Investor Global
Menurut Shan Saeed, Indonesia tetap menjadi negara yang menarik bagi investor global. Proyeksi ini sejalan dengan prediksi sejumlah lembaga internasional, termasuk Goldman Sachs dan J.P. Morgan, yang memperkirakan Indonesia akan masuk ke jajaran 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2035. Hal ini semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi investasi yang menjanjikan.
Ia menambahkan, "Jadi secara keseluruhan, saya rasa sebagai investor global, kami cukup optimistis. Kami rasa negara ini (Indonesia) dapat membuat kemajuan signifikan dalam hal pertumbuhan produk domestik bruto." Pernyataan ini menegaskan kembali optimisme Juwai IQI terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Perbedaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Laporan Bank Dunia terbaru, The Macro Poverty (MPO) Outlook edisi April 2025, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada tahun 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1 persen (Oktober 2024).
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menekankan pentingnya diversifikasi motor pertumbuhan ekonomi. Ia menyoroti perlunya pertumbuhan ekonomi yang berbasis domestik, mengingat kondisi perekonomian global yang diperkirakan melambat. Mahendra menyatakan bahwa "Domestik artinya pertumbuhan ekonomi daerah di setiap provinsi, kabupaten, kota dan tentu kawasan wilayah spasial yang terkait di bawahnya. Ini yang menjadi taruhan bagi kita apakah pertumbuhan ekonomi nasional kita akan bisa tetap terjaga atau sepenuhnya tergantung dan terdampak dari perkembangan ekonomi global." Pernyataan ini menunjukkan pentingnya strategi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berfokus pada sektor domestik.
Kesimpulannya, meskipun terdapat perbedaan proyeksi, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi. Stabilitas makroekonomi, konsumsi domestik yang kuat, dan aliran investasi asing menjadi faktor kunci yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025.