Kapten Lenny Sitorus: Perempuan Penakluk Lautan Maluku
Kisah inspiratif Kapten Lenny Sitorus, satu-satunya perempuan nakhoda kapal di Maluku, yang telah menjelajahi lautan luas dan menantang, membuktikan kesetaraan gender di dunia maritim.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, Bagaimana? Pada tanggal 21 April, di Ambon, Maluku, Kapten Lenny Sitorus, satu-satunya perempuan nakhoda kapal di wilayah tersebut, bercerita tentang pengalamannya menaklukkan lautan Maluku. Ia telah berlayar selama bertahun-tahun, membuktikan bahwa perempuan mampu berkarier di dunia maritim yang didominasi laki-laki. Kegigihan dan pendidikannya yang tinggi menjadi kunci kesuksesannya. Ia melakukannya karena panggilan jiwa dan kecintaannya pada petualangan di laut.
Kapten Lenny, perempuan Batak kelahiran Medan, telah menghabiskan puluhan tahun berlayar di perairan Maluku yang menantang. Ia menjabat sebagai nakhoda Kapal Sabuk Nusantara 71, sebuah kapal yang melayani rute-rute kepulauan di Maluku. Pengalamannya berlayar di tengah ganasnya ombak dan karang Maluku menunjukkan dedikasi dan keberaniannya yang luar biasa.
Keberhasilan Kapten Lenny menjadi nakhoda kapal merupakan bukti nyata emansipasi wanita. Ia telah berhasil memecahkan stereotip gender dan menginspirasi perempuan lain untuk mengejar cita-cita mereka, tak peduli seberapa menantang profesinya.
Perjalanan Pendidikan dan Karier Kapten Lenny
Kapten Lenny Sitorus memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni. Setelah lulus dari Akademi Maritim Indonesia Medan pada tahun 2000, ia menjalani Praktek Laut (Prala) yang merupakan syarat mutlak untuk menjadi nakhoda. Ia juga telah meraih gelar Ahli Nautica Tingkat (ANT) I dan gelar Master Marine dari jenjang S2 Manajemen Transportasi Laut Trisakti. Ia bahkan sempat mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Maritim Jakarta.
Perjuangannya tidak mudah. Ia harus bersaing dengan banyak laki-laki untuk mendapatkan gelar-gelar tersebut. Ia juga harus menjalani berbagai tugas di kapal, mulai dari bekerja bersama kru senior hingga mendampingi nakhoda. "Tidak ada tawar menawar untuk Prala jika ingin menjadi nakhoda kapal," ujarnya.
Pengalamannya sebagai pelaut dimulai sejak tahun 2009. Berbagai tantangan dan pengalaman berharga telah ia lalui hingga akhirnya bertugas di Kapal Sabuk Nusantara 71.
Menjelajah Lautan Maluku yang Menantang
Kapal Sabuk Nusantara 71, dengan panjang 68 meter dan lebar 14 meter, melayani 22 pelabuhan di Maluku. Lima di antaranya hanya memungkinkan untuk membuang jangkar di tengah laut karena medan pelabuhan yang tidak memungkinkan untuk bersandar. Kapten Lenny dan krunya harus menghadapi ganasnya ombak dan cuaca buruk di perairan Maluku.
Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika ia hampir menabrak karang di Pelabuhan Dawelor, Maluku Barat Daya. Angin dan arus yang berlawanan membuat situasi sangat berbahaya. Namun, dengan sigap dan keputusan yang tepat, ia berhasil menyelamatkan kapal dari kecelakaan.
Kapten Lenny menceritakan, "Dengan kecepatan satu dan setengah, kapal tidak jadi tertabrak." Kejadian ini menunjukkan keahlian dan ketenangannya dalam menghadapi situasi darurat.
Mengatasi Tantangan sebagai Ibu dan Pelaut
Menjadi seorang ibu dari empat anak dan seorang nakhoda kapal bukanlah hal yang mudah. Kapten Lenny harus pandai membagi waktu dan perhatiannya. Ia sering meninggalkan anak-anaknya selama berlayar, namun kemajuan teknologi seperti video call membantunya tetap terhubung dengan keluarga.
Meskipun begitu, ada kalanya ia merasa sedih karena tidak bisa berada di sisi anak-anaknya saat mereka membutuhkan. Namun, ia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai seorang ibu maupun sebagai nakhoda.
Di atas kapal, ia juga harus memimpin kru yang sebagian besar laki-laki. Ia menunjukkan ketegasan dan keadilan dalam memimpin, namun juga mampu bersikap humanis dan memahami kondisi para kru dan penumpang.
"Meskipun 90 persen kru adalah laki-laki namun saya tetap tegas, jadi saya itu kalau bekerja tegas, tapi kalau bercanda saya juga bisa, kalau salah langsung saya marah, jadi saat tugas ya bertugas saat istirahat ya istirahat," tuturnya.
Bagi Kapten Lenny, menjadi nakhoda adalah panggilan jiwa. Ia menikmati setiap pelayaran dan menganggapnya sebagai petualangan yang berharga. Ia juga bercita-cita menjadi pemandu wisata jika kelak tidak lagi menjadi pelaut.
Kepala Cabang Pelni Ambon, Marthyn Haryanto, mengapresiasi sosok Kapten Lenny sebagai panutan bagi perempuan Indonesia. Kisah Kapten Lenny Sitorus menginspirasi banyak orang dan membuktikan bahwa perempuan mampu mencapai kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di dunia maritim yang selama ini didominasi oleh laki-laki.