Kemenkes Perketat Pemeriksaan Kesehatan Jamaah Haji Tekan Angka Kematian
Kementerian Kesehatan memperketat pemeriksaan kesehatan jamaah haji untuk menurunkan angka kematian setelah Arab Saudi menyoroti tingginya angka kematian jamaah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberlakukan kebijakan baru untuk memperketat sistem pemeriksaan kesehatan jamaah calon haji Indonesia. Langkah ini diambil menyusul kekhawatiran Pemerintah Arab Saudi terkait tingginya angka kematian jamaah haji Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada tahun 2022 dan 2023 yang mencapai lebih dari 700 orang. Perubahan ini bertujuan untuk menekan angka kematian jamaah haji Indonesia selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini dan seterusnya.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan keprihatinan Pemerintah Arab Saudi secara langsung. "Menteri Kesehatan Arab Saudi menyampaikan langsung ke saya bahwa tingginya angka kematian jamaah kita menjadi perhatian. Hal ini bisa berdampak pada pengetatan aturan masuk dan kenaikan premi asuransi haji," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI.
Sebagai respons atas kekhawatiran tersebut, Kemenkes melakukan perubahan signifikan dalam sistem pemeriksaan kesehatan jamaah haji. Pemeriksaan kesehatan kini dilakukan lebih awal, bahkan sebelum jamaah dinyatakan resmi berhak berangkat. Hal ini berbeda dengan sistem sebelumnya di mana pemeriksaan kesehatan baru dilakukan setelah jamaah dipastikan berangkat.
Perubahan Sistem Pemeriksaan Kesehatan Haji
Perubahan sistem pemeriksaan kesehatan jamaah haji ini diterapkan mulai tahun 2025. "Kalau sebelumnya calon jamaah sudah merasa pasti berangkat baru diperiksa, sekarang kita ubah. Pemeriksaan dilakukan di awal agar bila tidak memenuhi syarat kesehatan, tidak sampai sakit hati karena batal berangkat di detik terakhir," jelas Menkes Budi. Langkah ini dinilai efektif menurunkan kasus penyakit berat pada jamaah haji dan mendapat apresiasi dari otoritas Arab Saudi.
Hasilnya pun cukup signifikan. Penerapan sistem baru pada musim haji 2024 berhasil menurunkan angka kematian hingga 75 persen dibandingkan tahun 2023. Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga menyambut baik kolaborasi digital dalam sistem kesehatan haji, termasuk akses daring terhadap data kesehatan jamaah dan penerapan jalur rujukan cepat untuk kasus darurat.
Kolaborasi digital ini memudahkan akses informasi kesehatan jamaah dan mempercepat penanganan kasus darurat seperti serangan jantung dan stroke. "Rumah sakit di Arab Saudi kini lebih terbuka bagi jamaah kita, termasuk rumah sakit dengan peralatan canggih di dalam Masjidil Haram. Saya sudah lihat langsung, bahkan mereka berencana menambah tenaga kesehatan yang bisa berbahasa Indonesia," ungkap Menkes Budi.
Sinergi Kemenkes dan Kemenag
Kemenkes juga meningkatkan sinergi dengan Kementerian Agama (Kemenag) untuk memastikan jamaah haji yang berangkat benar-benar siap secara fisik dan meminimalisir risiko kesehatan berat selama ibadah haji. Kemenag telah menjadwalkan gelombang pertama keberangkatan calon haji Indonesia pada 2 Mei 2025. Indonesia mendapatkan kuota 221.000 calon haji tahun ini, terdiri atas 203.320 haji reguler dan 17.680 haji khusus.
Dengan adanya peningkatan pengawasan kesehatan dan kolaborasi antar kementerian, diharapkan angka kematian jamaah haji Indonesia dapat ditekan secara signifikan di masa mendatang. Langkah-langkah proaktif ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan keselamatan dan kesehatan jamaah haji Indonesia selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Pemeriksaan kesehatan yang lebih ketat dan kolaborasi digital diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi para jamaah haji Indonesia. Pemerintah terus berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan haji untuk memberikan yang terbaik bagi para jamaah.