Kementan Dampingi Petani Jeruk Tingkatkan Produktivitas, Bantah Klaim Produktivitas Rendah
Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan produktivitas jeruk lokal melalui pendampingan petani, pelatihan, dan bantuan teknis, membantah klaim produktivitas rendah dan memastikan pemenuhan kebutuhan pasar domestik.
Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan komitmennya dalam mendampingi petani jeruk di Indonesia. Berbagai program pendampingan, pelatihan, dan bantuan teknis digulirkan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas jeruk lokal. Hal ini disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Muhammad Taufiq Ratule, di Jakarta pada Rabu, 19 Maret.
Taufiq menjelaskan bahwa dukungan pemerintah terhadap produksi jeruk lokal terus dilakukan secara intensif. "Kami terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani agar kualitas jeruk lokal semakin meningkat," tegas Taufiq. Program-program tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan daya saing jeruk lokal di pasar domestik maupun internasional.
Langkah-langkah konkrit yang dilakukan Kementan meliputi pengembangan kampung jeruk, penyediaan benih bermutu, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan, serta fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen. Selain itu, pendampingan dan pembinaan petani dilakukan secara intensif, termasuk mendorong penerapan teknologi untuk produksi jeruk sepanjang tahun. Tujuan akhirnya adalah memenuhi kebutuhan pasar dan bersaing dengan produk impor.
Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Jeruk Lokal
Kementan fokus pada peningkatan produktivitas dan daya saing jeruk lokal melalui berbagai strategi. Salah satu fokus utama adalah pengembangan kampung jeruk, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran. Penyediaan benih bermutu juga menjadi kunci untuk menghasilkan jeruk dengan kualitas tinggi dan produktivitas optimal.
Pengendalian OPT ramah lingkungan menjadi prioritas untuk menjaga kesehatan tanaman dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Fasilitas pascapanen yang memadai juga sangat penting untuk menjaga kualitas jeruk hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan dukungan teknologi, diharapkan produksi jeruk dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar secara konsisten.
Pemerintah juga mendorong penerapan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Teknologi ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengoptimalkan hasil panen dan meningkatkan kualitas jeruk. Dengan demikian, jeruk lokal dapat lebih kompetitif di pasar.
Bantahan Terhadap Klaim Produktivitas Rendah
Taufiq juga meluruskan informasi yang menyebutkan produktivitas jeruk lokal hanya 3,8 ton per hektare. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, produktivitas jeruk lokal mencapai 44,8 ton per hektare. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas jeruk dari China yang sebesar 19,5 ton per hektare.
Data BPS 2024 juga mencatat produksi jeruk nasional mencapai 2,65 juta ton. Sentra-sentra produksi utama tersebar di berbagai wilayah, termasuk Banyuwangi, Malang, Bangli, Karo, Sambas, dan Barito Kuala. Jeruk lokal terbukti mampu bersaing dengan produk impor dan telah merambah pasar modern.
Meskipun produksi jeruk lokal sudah mencukupi kebutuhan nasional, pemerintah tetap membuka keran impor untuk memenuhi permintaan pasar di luar musim panen. Namun, impor dilakukan dengan persyaratan teknis yang ketat, termasuk dokumen Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP), untuk menjamin keamanan pangan dan melindungi produksi lokal.
Kesimpulan
Kementan berkomitmen penuh untuk mendukung petani jeruk dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas. Berbagai program dan strategi telah dan akan terus diterapkan untuk memastikan jeruk lokal tetap menjadi komoditas andalan Indonesia yang mampu bersaing di pasar global. Dengan dukungan pemerintah dan kerja keras petani, jeruk lokal diharapkan dapat terus memenuhi kebutuhan pasar domestik dan bahkan merambah pasar internasional.