Kotim Jajaki Kerja Sama Antar Daerah untuk Perkuat Ketahanan Pangan
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berupaya memperkuat ketahanan pangan daerah dengan menjajaki kerja sama antar daerah, khususnya untuk komoditas beras dan pengendalian inflasi.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, tengah berupaya serius dalam menjaga ketahanan pangan daerah. Langkah strategis yang diambil adalah dengan menjajaki kerja sama antardaerah, khususnya untuk mengamankan pasokan bahan pangan pokok. Hal ini dilakukan sebagai respons atas fluktuasi harga yang signifikan, terutama pada komoditas cabai dan bawang, serta ketergantungan pasokan dari luar daerah.
Inisiatif ini dipicu oleh peningkatan harga sejumlah komoditas pangan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kotim, Alang Arianto, mengungkapkan bahwa kerja sama antar daerah, seperti dengan Kabupaten Katingan untuk pasokan beras, menjadi opsi penting. Langkah ini sejalan dengan saran dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menekankan pentingnya kelancaran pasokan dan stok bahan pangan untuk pengendalian inflasi.
Ketergantungan Kotim pada pasokan bahan pangan dari luar daerah, termasuk Pulau Jawa, menjadi faktor utama kerentanan ketahanan pangan. Gangguan pasokan, misalnya akibat gelombang tinggi atau penurunan produksi di daerah asal, langsung berdampak pada kenaikan harga di Kotim. Oleh karena itu, diversifikasi pasokan dan penguatan kerja sama antar daerah dinilai sebagai solusi efektif untuk mengatasi permasalahan ini.
Kerja Sama Antar Daerah: Solusi Perkuat Ketahanan Pangan Kotim
Kerja sama antardaerah menjadi fokus utama dalam strategi penguatan ketahanan pangan Kotim. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah dan menciptakan stabilitas harga. Pemkab Kotim akan menjajaki potensi kerja sama dengan daerah-daerah yang memiliki produksi komoditas pangan melimpah, khususnya beras.
Kepala BPS Kotim, Eddy Surahman, sebelumnya telah menyarankan pemerintah daerah untuk memperkuat pemantauan pasokan dan stok komoditas yang berpengaruh besar terhadap inflasi di Sampit. Pemantauan ini penting terutama menjelang momen-momen penting seperti Ramadhan dan Idul Fitri. Strategi pengendalian inflasi yang disarankan meliputi menjaga ketersediaan stok, keterjangkauan harga, dan kelancaran distribusi pangan.
Selain kerja sama antar daerah, BPS juga merekomendasikan penguatan hilirisasi dan upaya swasembada komoditas potensial di Kotim, seperti beras, daging ayam ras, dan lainnya. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Dampak Fluktuasi Harga dan Upaya Penanganan
Data pasar di Kotim menunjukkan lonjakan harga yang signifikan pada beberapa komoditas. Harga cabai rawit, misalnya, meningkat drastis dari sekitar Rp70.000 per kilogram menjadi Rp130.000 per kilogram menjelang Ramadhan. Kenaikan harga juga terjadi pada bawang merah dan putih, sekitar Rp20.000 per kilogram.
Namun, harga komoditas pokok lainnya seperti beras, minyak goreng, dan gula relatif stabil berkat adanya operasi pasar murah yang dilakukan secara nasional, termasuk di Kotim. Operasi pasar murah ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas harga dan keterjangkauan bagi masyarakat.
Pemerintah Kotim menyadari pentingnya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan pokok. Kerja sama antardaerah dan penguatan produksi lokal menjadi strategi kunci dalam upaya tersebut. Dengan demikian, ketahanan pangan Kotim diharapkan dapat terjaga dan masyarakat terlindungi dari gejolak harga.
Langkah-langkah yang diambil oleh Pemkab Kotim ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Kotim. Dengan mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah dan meningkatkan produksi lokal, diharapkan stabilitas harga pangan dapat terjaga dan ketahanan pangan daerah semakin kuat. Hal ini juga akan berkontribusi pada pengendalian inflasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.