Listrik Hijau PLN Hemat Biaya Operasional Petani Sidrap hingga 63 Persen
Program Electrifying Agriculture (EA) PLN berhasil memangkas biaya operasional petani di Sidrap hingga 63 persen berkat penggunaan listrik hijau dari energi terbarukan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi irigasi.
Makassar, 13 Maret 2025 - PT PLN (Persero) melalui program Electrifying Agriculture (EA) telah memberikan dampak signifikan bagi para petani di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. Penggunaan listrik hijau dari energi baru terbarukan telah berhasil memangkas biaya operasional mereka hingga 63 persen. Program ini menjawab tantangan peningkatan produktivitas pertanian dan mendukung ketahanan pangan nasional.
PLH General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Edyansyah, menjelaskan bahwa program EA bertujuan untuk memodernisasi sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Inovasi ini tidak hanya sekedar menerangi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Edyansyah menambahkan bahwa program EA dirancang untuk mendorong adopsi teknologi pertanian modern berbasis listrik, menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan pemanfaatan teknologi ini, ekosistem pertanian menjadi lebih modern dan efisien, berdampak pada peningkatan produktivitas petani secara signifikan. Hingga Januari 2025, tercatat 3.820 pelanggan EA di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat dengan total daya terpasang 191.618 kVA.
Listrik Hijau Tingkatkan Produktivitas dan Hemat Biaya
Program EA di Kabupaten Sidrap telah terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian dan memangkas biaya operasional secara drastis. PLN juga menyediakan layanan Renewable Energy Certificate (REC), memastikan produk pertanian dihasilkan dari energi bersih dan ramah lingkungan. Salah satu petani yang merasakan manfaatnya adalah Suyuti dari Kelurahan Baranti.
Suyuti, yang kini menggunakan listrik hijau PLN sebesar 3.500 VA, merasakan kemudahan dalam proses pengairan sawah. Sebelumnya, ia mengandalkan tadah hujan dan tabung gas selama musim kemarau, dengan biaya operasional yang sangat tinggi. "Sebelumnya, kami hanya mengandalkan tadah hujan, sehingga saat musim kemarau para petani di Kelurahan Baranti cenderung memanfaatkan tabung gas sebagai sumber energi utama untuk mengairi sawah padahal biaya operasionalnya yang tinggi," ungkap Suyuti.
Ia mencatat pengeluaran bulanan untuk irigasi setengah hektare sawah mencapai Rp2,4 juta, dengan penggunaan 90 tabung gas 3 kg. Setelah menggunakan listrik PLN, ia mampu mengairi lima hektare sawah dengan biaya token listrik hanya Rp950 ribu per bulan, sebuah penghematan hingga 63 persen.
"Alhamdulillah dengan hadirnya Listrik PLN pengairan sawah bahkan menjadi lebih luas yaitu mencapai lima hektare dan saya hanya menghabiskan biaya Rp950 ribu untuk membeli token per bulannya. Artinya ini bisa menghemat hingga 63 persen,” ungkap Suyuti.
Dukungan Pemerintah dan Apresiasi terhadap PLN
Bupati Sidenreng Rappang, Syaharuddin Alrif, turut mengapresiasi upaya PLN dalam mendukung para petani di daerahnya. Sebanyak 34 kelompok tani di Kabupaten Sidrap telah menikmati manfaat program EA. "Kami sebagai perwakilan warga serta petani mengucapkan terima kasih atas upaya PLN menghadirkan pompanisasi listrik. Kami optimistis dengan adanya listrik, bisa meningkatkan produktivitas hasil panen petani disini,” ujarnya.
Dengan adanya elektrifikasi pompanisasi, Bupati Alrif optimistis hasil panen dapat meningkat hingga tiga kali lipat dalam setahun. Hal ini menunjukkan dampak positif program EA PLN tidak hanya pada efisiensi biaya, tetapi juga pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Program Electrifying Agriculture (EA) PLN ini merupakan bukti nyata komitmen PLN dalam mendukung program pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan energi terbarukan. Keberhasilan program ini di Sidrap diharapkan dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia.