Literasi: Benteng Terkuat Melawan Hoaks, Wujudkan Indonesia Emas 2045
Ketua Umum Ikapi, Arys Hilman Nugraha, menekankan pentingnya literasi dalam menangkal hoaks dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas serta mencapai Indonesia Emas 2045.
Jakarta, 23 April 2024 - Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha, dalam kunjungannya ke Antara Heritage Center Jakarta Pusat pada Rabu lalu, menekankan pentingnya literasi sebagai kunci utama dalam menangkal maraknya hoaks di tengah masyarakat. Pernyataan ini disampaikan bertepatan dengan Hari Buku Sedunia, yang dirayakan setiap tanggal 23 April. Arys berpendapat bahwa kemampuan literasi yang mumpuni akan membentuk masyarakat yang mampu membedakan informasi benar dan salah, sehingga dapat membangun kapasitas diri dan memajukan bangsa.
Menurut Arys, "Kalau literasi itu nanti ujung-ujungnya adalah masyarakat mampu memahami mana berita yang benar dan mana yang salah, kemudian informasi itu bermanfaat untuk dirinya, sehingga dia bisa membangun kapasitas dirinya, serta membangun kapasitas masyarakat untuk maju, itu arti sesungguhnya dari literasi." Ia menambahkan bahwa Hari Buku Sedunia menjadi momentum strategis untuk menumbuhkan kecintaan membaca dan berpikir kritis, sebagai benteng pertahanan melawan hoaks dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Lebih lanjut, Arys mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih mencintai buku sebagai sarana utama peningkatan kemampuan memahami informasi. Dengan literasi yang memadai, hoaks dan berita palsu akan kehilangan daya pikatnya. Masyarakat akan lebih mudah mengidentifikasi dan menepis informasi yang tidak benar. Kemampuan berpikir kritis, menurutnya, menjadi sangat penting dalam konteks ini.
Pentingnya Literasi di Era Informasi
Arys mengakui bahwa industri perbukuan Indonesia masih menghadapi tantangan pasca pandemi COVID-19. Namun, ia tetap optimistis dan mengajak seluruh pelaku industri perbukuan, mulai dari penulis, penerbit, hingga toko buku, untuk tetap semangat dan berkarya. Potensi literasi di Indonesia sangat besar, dan dengan kerja sama yang solid, industri perbukuan dapat kembali bangkit dan berkembang pesat.
Ia menambahkan, "Situasi perbukuan kita masih berat memang, tetapi kita melihat ada harapan dalam waktu yang tidak terlalu jauh ini akan kembali bangkit industri perbukuan. Jadi, kalau misalnya kita saat ini dalam kesulitan, mudah-mudahan bisa sama-sama survive, karena saya yakin kita akan maju lebih baik dalam waktu tidak terlalu lama." Keyakinan ini didasari oleh apresiasi internasional terhadap karya-karya penulis Indonesia, yang semakin diakui di kancah dunia.
Kehadiran pelaku perbukuan Indonesia dalam berbagai festival buku internasional, seperti Frankfurt Book Fair dan London Book Fair, telah meningkatkan minat dunia terhadap karya-karya sastra Indonesia. Hal ini menunjukkan potensi besar Indonesia dalam bidang literasi dan industri perbukuan.
Harapan untuk Masa Depan
Arys kembali menegaskan pentingnya optimisme dan semangat pantang menyerah bagi seluruh pelaku industri perbukuan. Dengan terus berkarya dan berinovasi, ekosistem perbukuan Indonesia diharapkan dapat berkembang pesat dan berkontribusi signifikan dalam membangun masyarakat yang cerdas dan kritis. Kemampuan literasi yang kuat akan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan informasi di era digital, termasuk menangkal penyebaran hoaks dan berita palsu.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk mendorong peningkatan literasi di Indonesia. Pemerintah, lembaga pendidikan, penerbit, dan masyarakat umum perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan literasi. Dengan demikian, Indonesia dapat mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 dengan masyarakat yang cerdas, kritis, dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Dengan peningkatan literasi, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih bijak dalam menyaring informasi dan tidak mudah terpengaruh oleh hoaks. Hal ini akan berdampak positif pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, hingga sosial budaya.