Mayoritas Penderita Tuberkulosis Usia Produktif, Perlu Pencegahan di Tempat Kerja
Prof. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan mayoritas pasien Tuberkulosis (TB) berusia produktif (45-54 tahun), menekankan pentingnya pencegahan dan penanganan TB di lingkungan kerja untuk meningkatkan produktivitas.
Jakarta, 23 April 2024 - Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan fakta mengejutkan terkait penyakit Tuberkulosis (TB). Sebagian besar penderita TB berada pada usia produktif, khususnya rentang usia 45-54 tahun, yang umumnya merupakan pekerja aktif di berbagai sektor. Hal ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan penanganan TB di tempat kerja, bukan hanya untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas nasional.
Menurut Prof. Tjandra, pencegahan dan penanganan TB di lingkungan kerja memerlukan komitmen kuat dari pimpinan perusahaan. Komitmen ini harus diwujudkan dalam bentuk program nyata dan terukur. 'Kegiatan yang dilakukan di tempat kerja dapat berupa edukasi dan penyuluhan kesehatan, skrining, pendampingan pengobatan, dan lainnya,' jelasnya saat menjadi pembicara pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di Jakarta Selatan.
Prof. Tjandra juga menekankan pentingnya kerjasama multipihak dalam mengatasi masalah ini. Kerjasama tersebut dapat terjalin antara perusahaan dengan fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan kerja, serta kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan organisasi masyarakat, termasuk organisasi profesi kesehatan dan organisasi lainnya seperti Pramuka. Upaya sinergis ini diharapkan dapat menciptakan dampak yang lebih luas dan efektif.
Pentingnya Pencegahan TB di Tempat Kerja
Seringkali muncul anggapan bahwa keberadaan pasien TB di tempat kerja akan merugikan perusahaan. Prof. Tjandra membantah anggapan tersebut. "TB merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan tuntas dan obatnya telah tersedia tanpa dipungut biaya," tegasnya. Justru sebaliknya, dengan pengobatan yang tepat, pekerja yang menderita TB dapat kembali produktif dan berkontribusi penuh bagi perusahaan.
Lebih lanjut, Prof. Tjandra menjelaskan bahwa kesembuhan pekerja yang menderita TB tidak hanya bermanfaat bagi individu tersebut, tetapi juga meningkatkan produktivitas kerja secara keseluruhan. "Pada gilirannya juga akan meningkatkan produktifitas perusahaan," tambahnya. Hal ini menekankan pentingnya investasi dalam kesehatan pekerja sebagai aset berharga bagi perusahaan.
Prof. Tjandra mengingatkan bahwa sumber daya manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, SDM perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, termasuk deteksi dan pengobatan dini penyakit TB. Langkah ini sejalan dengan upaya menjaga kesehatan pekerja secara menyeluruh.
Solusi Kolaboratif: Peran Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai solusi konkret, Prof. Tjandra mengusulkan agar setiap Puskesmas memiliki daftar perusahaan dan tempat kerja di wilayah kerjanya. Daftar ini akan memfasilitasi pengawasan dan intervensi kesehatan yang lebih terarah. Lebih lanjut, ia menyarankan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk membahas peran aktif Puskesmas dalam menjaga kesehatan pekerja, termasuk dalam konteks pencegahan dan penanganan TB.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara perusahaan, fasilitas kesehatan, pemerintah, dan organisasi masyarakat, diharapkan upaya pencegahan dan penanganan TB di tempat kerja dapat berjalan efektif. Hal ini akan berdampak positif tidak hanya bagi kesehatan pekerja, tetapi juga bagi produktivitas perusahaan dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Pencegahan dini dan pengobatan yang tepat merupakan kunci utama dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat ini.
Langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan perusahaan antara lain: melakukan penyuluhan kesehatan secara berkala, menyediakan fasilitas skrining TB, serta memberikan dukungan penuh kepada karyawan yang terdiagnosis TB untuk menjalani pengobatan hingga sembuh. Dengan demikian, perusahaan turut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Kesimpulannya, penanganan TB di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Dengan komitmen dan kerjasama yang kuat, kita dapat bersama-sama menekan angka penderita TB dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.