MUI Biak: Halal Bihalal, Momentum Suci untuk Saling Memaafkan
Ketua MUI Biak Numfor, KH Ahmad Burhan Nulhaq, menjelaskan pentingnya Halal Bihalal sebagai momentum saling memaafkan dan membersihkan diri dari dosa, sekaligus mempererat ukhuwah Islamiyah.
Biak, 13 April 2024 - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Biak Numfor, Papua, KH Ahmad Burhan Nulhaq, menekankan pentingnya kegiatan Halal Bihalal sebagai momentum untuk saling memaafkan, mempererat tali silaturahmi, dan membersihkan diri dari kesalahan dan dosa-dosa kecil. Hal ini disampaikan beliau dalam kegiatan Halal Bihalal yang berlangsung di Biak, Minggu lalu.
Menurut KH Ahmad Burhan Nulhaq, Halal Bihalal bukan sekadar acara seremonial, melainkan sebuah kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Lebih dari itu, kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan keharmonisan antar umat Islam dan meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat.
Beliau menjelaskan bahwa pelaksanaan Halal Bihalal memiliki keterkaitan erat dengan Idul Fitri, yang melambangkan kelahiran kembali dalam kesucian. Dengan saling memaafkan, hati manusia akan menjadi bersih dan terbebas dari rasa dendam, membawa kedamaian dan ketenangan.
Momentum Kelahiran Kembali yang Suci
Lebih lanjut, KH Ahmad Burhan Nulhaq menjelaskan bahwa Halal Bihalal merupakan wujud nyata ajaran Islam tentang pentingnya saling memaafkan. "Dengan adanya sifat memaafkan," ujar beliau, "hati manusia menjadi bersih dan terhindar dari perasaan dendam." Beliau menambahkan bahwa pada momen Halal Bihalal, setiap umat Muslim seakan terlahir kembali dengan hati yang bersih dan suci setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Hal ini, menurutnya, sejalan dengan keyakinan bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu dihapuskan Allah SWT berkat amal ibadah selama bulan Ramadhan. "Bahkan dosa-dosanya manusia yang dulu telah dihapuskan oleh Allah dengan amalan atau ibadah-ibadah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan," kata KH Ahmad Burhan Nulhaq.
Ustadz Burhan juga mengingatkan pentingnya menjaga momentum positif yang tercipta selama Idul Fitri. Meskipun Ramadhan dan Idul Fitri telah berlalu, beliau berharap agar suasana damai dan penuh hikmah tersebut tetap terjaga hingga Ramadhan berikutnya.
Menjaga Aura Idul Fitri
KH Ahmad Burhan Nulhaq mengajak seluruh umat Islam untuk senantiasa memelihara aura, kesyahduan, dan dampak positif dari Ramadhan dan Idul Fitri. "Semoga auranya, kesyahduan, magnetnya, dan dampaknya terus kita rasakan sampai kita bertemu Ramadhan yang lebih indah di tahun yang akan datang," harapnya. Beliau juga menambahkan bahwa Ramadhan dan Idul Fitri menjadi tolak ukur keimanan dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT.
Halal Bihalal, menurut pandangan Ustadz Burhan, bukan hanya sekadar tradisi, tetapi sebuah praktik keagamaan yang penting untuk merefleksikan diri dan memperkuat ikatan persaudaraan sesama Muslim. Dengan saling memaafkan, kita membersihkan hati dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup ke depan dengan semangat baru dan hati yang tenang.
Momentum ini juga menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebatas pada momen-momen tertentu saja. Semoga semangat saling memaafkan dan mempererat ukhuwah Islamiyah yang tercipta selama Halal Bihalal dapat terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis.