Nilai Tukar Petani Naik 0,22 Persen di Maret 2025, Didorong Kenaikan Harga Hortikultura
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) naik 0,22 persen pada Maret 2025, didorong kenaikan subsektor hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternakan.
Jakarta, 08 April 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kabar baik bagi para petani Indonesia. Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen pada bulan Maret 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan daya beli petani di tengah dinamika ekonomi nasional. Hal ini diungkapkan langsung oleh Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam jumpa pers yang diadakan secara hibrid di Jakarta.
NTP nasional pada Maret 2025 tercatat sebesar 123,72. Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,51 persen, yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 1,29 persen. Artinya, pendapatan petani meningkat lebih signifikan daripada pengeluaran mereka.
Kenaikan NTP juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sektoral. Beberapa subsektor pertanian menunjukan kinerja positif, sementara yang lain mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan kompleksitas dinamika pasar pertanian di Indonesia.
Kenaikan NTP Didorong Subsektor Hortikultura, Perkebunan, dan Peternakan
Lebih rinci, Habibullah menjelaskan bahwa kenaikan NTP Maret 2025 terutama ditopang oleh tiga subsektor utama. Subsektor Tanaman Hortikultura mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 3,89 persen. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat juga menunjukan kenaikan, meskipun lebih kecil, sebesar 0,09 persen. Subsektor Peternakan juga turut berkontribusi dengan kenaikan sebesar 0,46 persen.
Sementara itu, dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,57 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,35 persen. Perbedaan kinerja antar subsektor ini menunjukkan pentingnya strategi diversifikasi usaha pertanian bagi petani Indonesia.
Habibullah menambahkan bahwa kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia juga turut mempengaruhi angka NTP. IKRT pada Maret 2025 naik sebesar 1,70 persen, terutama didorong oleh kenaikan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar rumah tangga.
Selain NTP, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional juga mengalami peningkatan sebesar 1,14 persen pada Maret 2025, mencapai angka 127,13.
Analisis Harga Beras di Penggilingan
BPS juga merilis data mengenai transaksi penjualan beras di penggilingan di 33 provinsi selama Maret 2025. Data menunjukkan komposisi penjualan beras berdasarkan kualitas sebagai berikut: beras premium 36,42 persen, medium 51,92 persen, submedium 10,95 persen, dan pecah 0,71 persen.
Harga beras di penggilingan juga mengalami kenaikan. Beras premium rata-rata seharga Rp13.207,00 per kg (naik 0,98 persen), medium Rp12.703,00 per kg (naik 0,85 persen), submedium Rp12.686,00 per kg (naik 0,32 persen), dan pecah Rp13.040,00 per kg (naik 0,75 persen).
Dibandingkan dengan Maret 2024, harga beras di penggilingan pada Maret 2025 mengalami penurunan untuk kualitas premium (turun 9,22 persen), medium (turun 9,03 persen), dan submedium (turun 6,24 persen). Hanya beras pecah yang mengalami kenaikan (naik 0,72 persen).
Data ini memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi ekonomi pertanian di Indonesia pada Maret 2025. Peningkatan NTP menunjukkan tren positif, meskipun masih terdapat tantangan di beberapa subsektor. Pemerintah diharapkan dapat terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui berbagai kebijakan yang tepat sasaran.