NTT Dukung Penanganan Rabies Berbasis Kesejahteraan Hewan
Pemerintah Provinsi NTT mendorong penanganan rabies dengan pendekatan kesejahteraan hewan melalui edukasi, vaksinasi, dan kolaborasi lintas lembaga, bukan eliminasi massal hewan.
Kupang, NTT (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Dinas Peternakan mendorong penanganan kasus rabies dengan pendekatan kesejahteraan hewan (animal welfare). Hal ini disampaikan Kepala Dinas Peternakan NTT, Yohanes Oktavianus, di Kupang pada Jumat (16/5) sebagai respon atas pertanyaan mengenai upaya penanganan rabies yang berfokus pada kesejahteraan hewan dan kolaborasi antar lembaga.
Menurut Oktavianus, strategi ini diadopsi sebagai bentuk adaptasi dalam menghadapi kasus rabies. Pendekatan yang diusung bukan mengeliminasi hewan secara massal, melainkan melalui edukasi dan vaksinasi hewan. Ia juga mempresentasikan strategi ini dalam diskusi kelompok terfokus lintas lembaga dan sektor dengan judul "Strategi Dinas Peternakan Provinsi NTT dalam pengendalian rabies dan peningkatan kesejahteraan hewan di NTT".
Tantangan utama dalam upaya ini adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi anjing. Oleh karena itu, Oktavianus menekankan pentingnya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) sebagai langkah strategis dalam mensosialisasikan penanganan rabies berbasis kesejahteraan hewan. Kolaborasi lintas institusi dan negara juga dianggap sebagai terobosan signifikan karena melibatkan berbagai pihak terkait.
Strategi Penanganan Rabies di NTT
Pemerintah Provinsi NTT telah menyiapkan beberapa langkah strategis dalam penanganan rabies, antara lain penutupan wilayah terdampak, vaksinasi hewan penularan rabies (HPR) hingga 70 persen, peningkatan kapasitas vaksinator, dan penguatan kapasitas laboratorium kesehatan hewan (labkeswan). Upaya vaksinasi massal menjadi fokus utama untuk mencegah penyebaran rabies lebih lanjut.
Vaksinasi yang masif ini diharapkan mampu menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) pada populasi anjing di NTT. Selain itu, peningkatan kapasitas vaksinator dan labkeswan sangat penting untuk menjamin kualitas dan efektivitas program vaksinasi.
Penguatan labkeswan juga bertujuan untuk mendiagnosis dan memantau perkembangan kasus rabies secara akurat dan cepat. Dengan demikian, tindakan pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan secara tepat dan efektif.
Penutupan wilayah yang terdampak rabies dilakukan sebagai upaya untuk membatasi penyebaran virus. Langkah ini akan dibarengi dengan upaya vaksinasi dan edukasi kepada masyarakat di wilayah tersebut.
Kolaborasi dan Edukasi Masyarakat
Kolaborasi antar lembaga dan negara menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan upaya penanganan rabies dapat dilakukan secara terintegrasi dan menyeluruh. Hal ini juga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas program.
Edukasi kepada masyarakat juga menjadi bagian penting dari strategi ini. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi yang intensif perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya vaksinasi hewan peliharaan.
Sosialisasi yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi dan mendorong partisipasi aktif mereka. Dengan demikian, upaya pengendalian rabies dapat berjalan lebih optimal.
Pemprov NTT mengapresiasi Yayasan JAAN Domestic melalui RAW NTT atas inisiatif forum diskusi tersebut. Harapannya, rencana penanganan rabies dapat segera dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua elemen terkait. "Harapannya apa yang sudah direncanakan dalam rangka penanganan rabies dapat segera dilakukan secara kolaboratif oleh semua elemen terkait," kata Oktavianus.
Kesimpulannya, penanganan rabies di NTT menekankan pada pendekatan kesejahteraan hewan, mengutamakan edukasi dan vaksinasi, serta kolaborasi antar berbagai pihak. Strategi ini diharapkan mampu menekan angka kasus rabies dan meningkatkan kesejahteraan hewan di NTT.