Pengangguran di Jakarta Meningkat: 338 Ribu Warga DKI Masih Mencari Kerja
BPS DKI Jakarta mencatat peningkatan jumlah pengangguran di Februari 2025 menjadi 338 ribu orang, meningkat 10,8 ribu dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 6,18 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta baru-baru ini merilis data yang menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran di Jakarta. Per Februari 2025, sebanyak 338 ribu warga DKI Jakarta tercatat masih menganggur. Data ini berasal dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2025, dan menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan ini terbilang cukup signifikan, yaitu sebanyak 10.800 orang dibandingkan angka pengangguran di tahun 2024 yang mencapai 327 ribu orang. Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, memaparkan data ini dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin lalu. Beliau juga menjelaskan implikasi dari data ini terhadap kondisi perekonomian Jakarta.
Data Sakernas 2025 juga menunjukkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di DKI Jakarta mencapai 6,18 persen, meningkat 0,15 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 (6,03 persen). Meskipun terjadi penurunan jika dibandingkan dengan angka TPT pada Agustus 2024 (6,21 persen), peningkatan angka pengangguran ini tetap menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah.
Analisis Data Pengangguran di Jakarta
Data BPS DKI Jakarta menunjukkan adanya disparitas dalam tingkat pengangguran terbuka berdasarkan jenis kelamin. Terdapat peningkatan TPT untuk laki-laki, dari 6,13 persen di Februari 2024 menjadi 6,77 persen di Februari 2025. Sebaliknya, TPT untuk perempuan justru mengalami penurunan, dari 5,88 persen menjadi 5,29 persen dalam periode yang sama.
Perbedaan ini menunjukkan kompleksitas permasalahan pengangguran di Jakarta. Faktor-faktor yang memengaruhi kesempatan kerja bagi laki-laki dan perempuan perlu dikaji lebih lanjut untuk merumuskan kebijakan yang tepat sasaran. Pemerintah perlu memperhatikan sektor-sektor industri yang lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan dan mendorong partisipasi perempuan di sektor-sektor tersebut.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) secara keseluruhan tercatat sebesar 65,40 persen. Namun, terdapat perbedaan signifikan antara TPAK laki-laki dan perempuan. TPAK laki-laki mencapai 78,48 persen di Februari 2025, menunjukkan penurunan dibandingkan Februari 2024 (79,01 persen) dan Agustus 2024 (79,95 persen). Sementara itu, TPAK perempuan meningkat dari 51,30 persen (Februari 2024) dan 50,24 persen (Agustus 2024) menjadi 52,33 persen di Februari 2025.
"Pada periode tersebut TPAK perempuan meningkat, sedangkan laki-laki menurun," kata Hasanudin menjelaskan perbedaan tren TPAK antara laki-laki dan perempuan.
Implikasi dan Langkah Ke Depan
Peningkatan jumlah pengangguran di Jakarta membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Pemerintah DKI Jakarta perlu mengkaji lebih dalam faktor-faktor penyebab peningkatan ini, seperti perkembangan teknologi, perubahan struktur ekonomi, dan kurangnya keterampilan tenaga kerja. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi sangat penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Jakarta.
Selain itu, perlu juga dilakukan diversifikasi sektor ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor pariwisata, teknologi informasi, dan ekonomi kreatif. Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk mengatasi permasalahan pengangguran ini.
Data dari BPS DKI Jakarta ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi Jakarta dalam mengatasi pengangguran. Dengan pemahaman yang komprehensif terhadap data ini, diharapkan pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang tepat dan efektif untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jakarta.
Langkah-langkah konkret dan terukur perlu segera diambil untuk mengatasi masalah ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja baru, dan program-program pelatihan vokasi yang terarah menjadi kunci dalam menurunkan angka pengangguran di Jakarta dan meningkatkan taraf hidup warganya.