Permintaan Pekerja Migran Indonesia Tembus 1,5 Juta, Peluang Emas di Luar Negeri!
Menteri P2MI melaporkan permintaan pekerja migran Indonesia di luar negeri mencapai 1,5 juta, peluang besar namun butuh keahlian dan bahasa.
Bandarlampung, 15 Mei 2024 - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, baru-baru ini mengumumkan angka fantastis terkait permintaan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Permintaan tersebut mencapai 1,5 juta posisi, sebuah peluang emas bagi para pencari kerja di Indonesia. Hal ini disampaikan beliau saat kunjungan kerja di Bandarlampung, Kamis lalu. Angka ini jauh melampaui penempatan PMI tahun lalu yang hanya mencapai 297 ribu orang.
Meskipun peluangnya besar, Menteri Karding menekankan pentingnya penguasaan keterampilan dan bahasa asing bagi para calon pekerja migran. "Saya sudah verifikasi job order dari luar negeri mencapai 1,5 juta. Tahun lalu kita baru mengisi kurang lebih 297 ribu," ungkap Menteri P2MI. Beliau menambahkan bahwa kesempatan kerja yang melimpah ini belum terisi secara maksimal karena persyaratan tersebut.
Permintaan tenaga kerja ini datang dari berbagai negara di seluruh dunia, mencakup 100 negara di Asia, Eropa, Amerika, dan Afrika. Namun, negara-negara dengan permintaan terbesar terkonsentrasi di beberapa wilayah, seperti Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Belanda, dan Jerman. Hal ini menunjukkan adanya pasar kerja yang signifikan di negara-negara tersebut dan peluang besar bagi PMI yang memenuhi kualifikasi.
Peluang Kerja di Luar Negeri dan Persiapannya
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian P2MI, berupaya untuk memfasilitasi para calon pekerja migran agar dapat memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan kelas migran di sekolah-sekolah. Kerja sama dengan Gubernur Lampung akan dijalankan tahun depan untuk melatih keterampilan dan kemampuan berbahasa para peserta didik.
Menteri Karding menjelaskan, "Kalau anak-anak ini ada kelas migran, sejak awal sudah penempatan kalian ini besok mau kerja di mana. Kalau ke luar negeri masuk ke kelas migran ini, dengan modul yang diambil dari negara tujuan mereka." Kurikulum kelas migran akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja di negara tujuan, bukan kurikulum yang bersifat umum dan tidak relevan.
Pemerintah menekankan pentingnya penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan negara tujuan. "Contoh anak-anak ini ingin bekerja di Jepang, nanti kurikulumnya disesuaikan dengan di Negara itu. Bukan kurikulum yang tidak nyambung dengan pekerjaan di sana, jadi nanti disesuaikan," jelas Menteri Karding. Hal ini memastikan agar para lulusan kelas migran siap kerja dan mudah terserap di pasar kerja internasional.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Lampung juga akan mengoptimalkan sumber daya pendidikan yang ada. Sekolah-sekolah dengan jumlah siswa sedikit akan digabungkan dan diubah menjadi sekolah vokasi. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sarana dan prasarana pendidikan, serta mendukung program peningkatan kualitas pekerja migran.
Dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Menteri Karding menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung penuh program ini. "Untuk tenaga pendidiknya itu kami maksimalkan yang ada. Kalau tidak ada dicari dari luar. Baik luar daerah maupun luar negeri. Intinya kami dukung total kebijakan ini baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," tegasnya.
Pemerintah pusat menargetkan penempatan 20.000 hingga 30.000 PMI dari Provinsi Lampung pada tahun ini. Angka ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memanfaatkan peluang besar yang ada di pasar kerja internasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program penempatan pekerja migran yang terlatih dan terampil.
Dengan adanya program-program pelatihan dan dukungan pemerintah yang komprehensif, diharapkan semakin banyak warga Indonesia yang dapat meraih kesempatan kerja di luar negeri dan berkontribusi bagi perekonomian negara. Penguasaan keterampilan dan bahasa asing menjadi kunci utama dalam meraih kesuksesan di pasar kerja internasional yang kompetitif.