Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sentuh 4,95 Persen di Triwulan Pertama 2025
Ekonomi Jakarta tumbuh positif 4,95 persen secara year on year (yoy) pada triwulan pertama 2025, didorong sektor akomodasi, jasa, dan transportasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta baru-baru ini mengumumkan kabar positif mengenai pertumbuhan ekonomi Jakarta. Pada triwulan pertama tahun 2025, ekonomi Jakarta tercatat tumbuh sebesar 4,95 persen secara year on year (yoy). Angka ini melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 4,87 persen. Pertumbuhan ini terjadi di tengah berbagai tantangan ekonomi global dan nasional. Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, memaparkan data tersebut dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin lalu.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang signifikan ini didorong oleh beberapa sektor utama. Nurul Hasanudin menjelaskan bahwa tiga sektor penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Jakarta secara yoy adalah penyedia akomodasi, makanan, dan minuman (9,64 persen); jasa lainnya (8,98 persen); serta transportasi dan pergudangan (7,96 persen). Ketiga sektor ini menunjukkan kinerja yang sangat baik dan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Ibu Kota.
Selain pertumbuhan yoy, BPS DKI Jakarta juga mencatat pertumbuhan ekonomi Jakarta secara quarter-to-quarter (q-to-q). Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan pertama 2025 tercatat sebesar 0,59 persen (q-to-q) jika dibandingkan dengan triwulan IV 2024. Hal ini menunjukkan adanya tren pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Jakarta.
Sektor Penyumbang Tertinggi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta
Lebih rinci, BPS DKI Jakarta juga merinci sektor-sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi secara q-to-q. Sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib menjadi penyumbang terbesar dengan pertumbuhan mencapai 14,71 persen. Kemudian disusul oleh sektor jasa keuangan dan asuransi (3,57 persen), dan informasi dan komunikasi (2,63 persen). Ketiga sektor ini menunjukkan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta pada periode tersebut.
Pertumbuhan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yang tinggi mungkin dipengaruhi oleh peningkatan belanja pemerintah atau proyek-proyek infrastruktur. Sementara itu, pertumbuhan sektor jasa keuangan dan asuransi serta informasi dan komunikasi mencerminkan perkembangan ekonomi digital dan peningkatan aktivitas di sektor tersebut.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Jakarta terbilang positif, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa provinsi lain di Pulau Jawa. Jawa Timur mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,00 persen, Jawa Barat 4,98 persen, dan Jawa Tengah 4,96 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jakarta yang perlu digali dan dikembangkan lebih lanjut.
Perbandingan dengan Provinsi Lain di Pulau Jawa
Perbandingan pertumbuhan ekonomi antar provinsi di Pulau Jawa menunjukkan adanya disparitas. Meskipun Jakarta menunjukkan pertumbuhan yang positif, provinsi lain seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah mencatatkan angka pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah DKI Jakarta untuk terus berupaya meningkatkan daya saing ekonomi Jakarta dan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan perbedaan pertumbuhan ekonomi antar provinsi antara lain perbedaan struktur ekonomi, kebijakan pemerintah daerah, dan iklim investasi. Pemerintah DKI Jakarta perlu melakukan evaluasi dan strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta agar dapat bersaing dengan provinsi lain di Pulau Jawa.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar 4,95 persen (yoy) pada triwulan pertama 2025 merupakan kabar baik. Namun, pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi dan merata di semua sektor. Peningkatan daya saing, penciptaan iklim investasi yang kondusif, dan diversifikasi ekonomi menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Jakarta.
"Pertumbuhan ekonomi Jakarta masih lebih rendah bila dibandingkan daerah lain di Pulau Jawa," kata Hasanudin.