Petani Didorong Terapkan Pertanian Organik Hewani, Produktivitas Naik Biaya Turun!
Utusan Khusus Presiden mendorong petani Indonesia terapkan pertanian organik hewani untuk tingkatkan produktivitas dan turunkan biaya produksi, dengan contoh sukses dari petani Karawang.
Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono, menyerukan kepada para petani di Indonesia untuk mengadopsi sistem pertanian organik hewani. Inisiatif ini diluncurkan setelah uji coba berhasil menunjukkan peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi. Hal ini disampaikan Mardiono usai menghadiri panen raya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu, 27 April.
Langkah ini dirasa penting mengingat sekitar 17 juta petani di Indonesia memiliki keterbatasan lahan. Oleh karena itu, Mardiono menekankan pentingnya pengelompokan petani untuk memudahkan implementasi pertanian organik hewani secara efektif dan efisien.
Sistem ini, menurut Mardiono, telah dirumuskan secara rinci. Sebagai contoh, satu hektare sawah membutuhkan minimal dua ekor sapi untuk menghasilkan pupuk organik yang cukup. Sehingga, kelompok petani dengan lahan seluas 15 hektare memerlukan sekitar 30 ekor sapi.
Pertanian Organik Hewani: Solusi Ramah Lingkungan dan Ekonomis
Penerapan pertanian organik hewani tidaklah sembarangan. Pupuk atau kotoran hewan tidak langsung digunakan, melainkan difermentasi terlebih dahulu. Proses fermentasi ini dilakukan di kolam yang dibangun di sekitar kandang sapi. Kolam ini berfungsi sebagai penampung pupuk cair yang kemudian dialirkan ke areal persawahan sesuai kebutuhan.
Sistem terintegrasi ini menggabungkan peternakan dan pertanian. Darmono, seorang petani di Tirtamulya, Karawang, telah membuktikan keberhasilan metode ini selama bertahun-tahun. Ia telah menerapkan sistem ini sejak tahun 1993 dan merasakan manfaatnya secara langsung.
Keberhasilan Darmono menjadi bukti nyata. Ia mampu meningkatkan hasil panen hingga rata-rata di atas 6 ton gabah per hektare, bahkan pernah mencapai 21 ton per hektare. Lebih mengesankan lagi, biaya produksi berhasil ditekan hingga di bawah 50 persen, dari sekitar Rp10 juta menjadi kurang dari Rp5 juta.
Manfaat Pertanian Organik Hewani
Penerapan pertanian organik hewani memberikan sejumlah manfaat signifikan. Selain meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi, sistem ini juga membuat tanah menjadi lebih subur dan mengurangi serangan hama. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Dengan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, metode ini juga ramah lingkungan. Sistem ini menawarkan solusi berkelanjutan untuk pertanian di Indonesia, khususnya bagi petani dengan lahan terbatas. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pertanian berkelanjutan.
"Kami telah melakukan uji coba (pertanian organik hewani) yang kemudian dapat diimplementasikan," kata Mardiono. "Dengan menerapkan pola pertanian organik hewani, maka biaya produksi akan ringan, produksi atau panen padi meningkat, dan kondisi tanah sawah menjadi subur. Bahkan serangan hama cukup minim jika menerapkan pola pertanian organik hewani."
Kesimpulan
Inisiatif dari Utusan Khusus Presiden ini menawarkan harapan baru bagi para petani Indonesia. Dengan menerapkan pertanian organik hewani, petani dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi, dan berkontribusi pada pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keberhasilan Darmono menjadi contoh nyata potensi besar dari metode ini.