Petani Klaten Kendalikan Hama Padi Secara Hayati, Inpari 32 Jadi Andalan
Pemkab Klaten ungkap keberhasilan petani dalam mengendalikan hama padi secara hayati, memanfaatkan varietas tahan penyakit dan tanam serentak, kendati tantangan masih ada di daerah tadah hujan.
Petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menunjukkan inovasi dalam pengendalian hama padi. Berkat upaya mereka, hama tikus dan wereng batang cokelat yang selama ini menjadi ancaman utama berhasil dikendalikan secara hayati. Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kabupaten Klaten, Iwan Kurniawan, mengungkapkan hal ini pada Senin, 07 April 2024, di Klaten.
Meskipun beberapa wilayah di Klaten masih tergolong endemis hama tikus dan wereng, kelompok tani setempat telah berhasil menerapkan metode pengendalian hayati yang efektif. Keberhasilan ini menunjukkan kesadaran dan keahlian petani dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk melindungi hasil panen mereka. Hal ini juga menunjukkan pentingnya peran aktif petani dalam menjaga ketahanan pangan daerah.
Strategi pengendalian hama yang diterapkan petani Klaten menekankan pada pemahaman terhadap siklus hama dan karakteristik tanaman padi. Dengan memahami alam, petani mampu memilih varietas padi yang tepat dan menerapkan teknik budidaya yang sesuai untuk meminimalisir serangan hama. Inovasi ini patut diapresiasi sebagai contoh nyata pertanian berkelanjutan.
Pengendalian Hama Hayati dan Varietas Padi Tahan Penyakit
Menurut Iwan Kurniawan, petani Klaten telah berhasil mengendalikan hama dengan memanfaatkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit, salah satunya adalah Inpari 32. Varietas ini terbukti efektif dalam menghadapi serangan wereng batang cokelat. Pemilihan varietas unggul ini menjadi kunci keberhasilan pengendalian hama secara hayati.
Selain itu, strategi penanaman juga memegang peranan penting. Penanaman serentak di beberapa wilayah, seperti Trucuk, Karangdowo, dan Cawas, terbukti efektif dalam menekan populasi hama. Hal ini dikarenakan hama akan kesulitan menyebar jika tanaman padi tumbuh secara bersamaan.
Namun, tantangan masih ada di daerah-daerah yang mengandalkan irigasi setengah teknis atau tadah hujan, seperti Bayat dan Manisrenggo. Keterbatasan sumber daya air menjadi kendala utama dalam melakukan penanaman serentak. Hal ini menunjukkan pentingnya ketersediaan infrastruktur irigasi yang memadai untuk mendukung keberhasilan program pengendalian hama.
Tantangan dan Solusi di Daerah Tadah Hujan
Daerah dengan sistem irigasi terbatas seperti Bayat dan Manisrenggo, yang lebih mengandalkan air hujan, menghadapi kesulitan dalam menerapkan penanaman serentak. Kondisi ini membuat pengendalian hama menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk membantu petani di daerah tersebut.
Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah pengembangan varietas padi yang tahan kekeringan dan tahan hama. Selain itu, perlu juga dilakukan pelatihan dan pendampingan kepada petani di daerah tadah hujan agar mereka mampu mengelola sumber daya air secara efisien dan efektif.
Pemerintah Kabupaten Klaten perlu terus mendukung petani dengan menyediakan akses informasi, teknologi, dan pelatihan yang dibutuhkan. Kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan petani sangat penting untuk mengatasi tantangan dan memastikan keberlanjutan pertanian di Klaten.
Kesimpulannya, keberhasilan petani Klaten dalam mengendalikan hama padi secara hayati patut diapresiasi. Namun, tantangan masih ada, terutama di daerah tadah hujan. Penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus mendukung petani agar ketahanan pangan di Klaten tetap terjaga.