PKB Respons Penghapusan Lagu Sukatani: Kritik Seni, Bukan Pembungkaman!
PKB mengkritik penghapusan lagu "Bayar Bayar Bayar" Sukatani, menekankan pentingnya kebebasan berekspresi dan dialog dalam menanggapi kritik terhadap karya seni.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memberikan respons terkait penghapusan lagu "Bayar Bayar Bayar" milik band Sukatani dari sejumlah platform musik digital. Wakil Ketua Pengurus Harian DPP PKB, Muhammad Aji Pratama, menyatakan bahwa kritik dalam dunia seni merupakan hal yang wajar dan seharusnya disikapi dengan argumen, bukan dengan penghapusan. Peristiwa ini terjadi di Jakarta pada Kamis, 20 Februari 2020, dan memicu perdebatan tentang kebebasan berekspresi.
Aji menekankan pentingnya menjaga kebebasan berekspresi di Indonesia. Ia berpendapat bahwa seniman memiliki peran vital dalam menyuarakan keresahan masyarakat, dan seharusnya tidak diintimidasi atau ditekan dalam berkarya. Menurutnya, jika ada pihak yang keberatan terhadap sebuah karya seni, dialog merupakan cara yang paling tepat, bukan pembungkaman.
PKB mendorong semua pihak, termasuk aparat dan pemangku kepentingan, untuk memastikan ruang kebebasan berekspresi tetap terjaga. Aji menyatakan keprihatinan jika kritik dalam seni dianggap sebagai ancaman, karena hal tersebut mengindikasikan adanya kesalahan dalam sistem bernegara. Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas kontroversi yang ditimbulkan oleh lagu "Bayar Bayar Bayar" dan pencabutannya dari platform digital.
Kebebasan Berekspresi dan Kritik dalam Seni
Aji Pratama menegaskan kembali pentingnya kebebasan berekspresi dalam konteks demokrasi Indonesia. Ia melihat seni sebagai cerminan realitas, dan jika cermin tersebut dipecahkan, masalahnya tidak akan hilang. Sebaliknya, yang perlu dilakukan adalah introspeksi dan perbaikan. Pernyataan ini menunjukkan sikap PKB yang mendukung seniman dalam menjalankan hak berekspresi mereka.
PKB berkomitmen untuk mengawal isu ini dan memastikan kebebasan berkesenian tetap terjaga. Hal ini menunjukkan konsistensi PKB dalam memperjuangkan demokrasi dan kebebasan berekspresi di Indonesia. Sikap ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi pihak lain dalam menyikapi kritik terhadap karya seni.
Aji juga menyayangkan langkah penghapusan lagu tersebut sebagai bentuk penyelesaian masalah. Ia menekankan pentingnya dialog dan diskusi sebagai cara yang lebih konstruktif dalam merespon kritik terhadap karya seni. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih bijak dan demokratis dalam menghadapi perbedaan pendapat.
Pernyataan Permohonan Maaf Band Sukatani
Band Sukatani sebelumnya telah menyampaikan permohonan maaf melalui akun Instagram resmi mereka, @sukatani.band, kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan institusi Polri. Permohonan maaf ini terkait dengan lagu "Bayar Bayar Bayar" yang dianggap kontroversial.
Alectroguy, gitaris Sukatani, menjelaskan bahwa lagu tersebut sebenarnya ditujukan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan. Pernyataan ini memberikan konteks berbeda terhadap lagu tersebut dan menunjukkan niat baik dari band Sukatani dalam menyelesaikan masalah.
Permohonan maaf ini menjadi bagian dari upaya band Sukatani untuk meredakan kontroversi yang ditimbulkan oleh lagu mereka. Langkah ini menunjukkan kesediaan mereka untuk bertanggung jawab atas karya mereka dan membuka ruang dialog untuk menyelesaikan masalah.
Berikut lirik lagu "Bayar Bayar Bayar" yang menjadi pusat kontroversi:
Mau bikin SIM, bayar polisi
Ketilang di jalan, bayar polisi
Touring motor gede, bayar polisi
Angkot mau ngetem, bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs, bayar polisi
Lapor barang hilang, bayar polisi
Masuk ke penjara, bayar polisi
Keluar penjara, bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau korupsi, bayar polisi
Mau gusur rumah, bayar polisi
Mau babat hutan, bayar polisi
Mau jadi polisi, bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi.
Peristiwa ini menjadi sorotan penting terkait kebebasan berekspresi dan pentingnya dialog dalam menanggapi kritik terhadap karya seni di Indonesia. Semoga ke depannya, kasus serupa dapat diselesaikan dengan cara yang lebih bijak dan demokratis.