Produksi Padi Kaltara Melonjak 27 Persen di 2024, BPS Ungkap Potensi Penurunan di Awal 2025
Luas panen padi di Kalimantan Utara meningkat signifikan di tahun 2024, namun BPS memprediksi penurunan produksi pada awal tahun 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara baru-baru ini merilis data yang menunjukkan peningkatan signifikan pada produksi padi di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada tahun 2024. Peningkatan ini meliputi luas panen, produksi gabah kering giling (GKG), dan produksi beras. Data tersebut memberikan gambaran positif bagi sektor pertanian Kaltara, namun juga menyoroti potensi penurunan produksi di awal tahun 2025.
Kepala BPS Kalimantan Utara, Mas’ud Rifai, mengumumkan bahwa luas panen padi pada tahun 2024 mencapai 8.282 hektare, meningkat 27,42 persen dibandingkan tahun 2023. Peningkatan ini berdampak pada produksi GKG yang mencapai 30.080 ton, atau naik 27,45 persen. Kenaikan produksi GKG ini juga berdampak pada produksi beras yang mencapai 17.832 ton, meningkat 27,45 persen dari tahun sebelumnya.
Data rinci menunjukkan bahwa produksi GKG pada tahun 2023 sebanyak 23.602 ton, meningkat signifikan menjadi 30.080 ton pada tahun 2024. Demikian pula, produksi beras meningkat dari 13.992 ton pada tahun 2023 menjadi 17.832 ton pada tahun 2024. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan upaya peningkatan produktivitas pertanian di Kaltara.
Produksi Padi Kaltara: Kabupaten Penyumbang Terbesar
Dari data yang dirilis, Kabupaten Nunukan, Bulungan, dan Malinau menjadi tiga kabupaten penyumbang produksi padi terbesar di Kaltara pada tahun 2024. Nunukan menghasilkan 12.153 ton GKG, disusul Bulungan dengan 11.933 ton GKG, dan Malinau dengan 5.674 ton GKG. Sementara itu, Kabupaten Tana Tidung dan Kota Tarakan mencatatkan produksi terendah, masing-masing 295 ton GKG dan 25 ton GKG.
Perbedaan produksi yang signifikan antar kabupaten ini menunjukkan adanya disparitas dalam pengembangan sektor pertanian di Kaltara. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi di daerah-daerah dengan hasil panen yang rendah. Strategi pengembangan pertanian yang tepat sasaran dan dukungan infrastruktur yang memadai menjadi kunci untuk mengatasi disparitas ini.
Meskipun terdapat perbedaan produksi antar kabupaten, secara keseluruhan, peningkatan produksi padi di Kaltara pada tahun 2024 merupakan kabar gembira bagi ketahanan pangan daerah. Hal ini menunjukkan potensi besar Kaltara dalam mengembangkan sektor pertanian dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Proyeksi Penurunan Produksi di Awal 2025
Meskipun mencatatkan peningkatan produksi yang signifikan pada tahun 2024, BPS memproyeksikan penurunan luas panen padi pada periode Januari-April 2025 sebesar 5,77 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Penurunan ini diperkirakan akan terjadi di Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan.
Namun, BPS juga memprediksi peningkatan produksi padi di Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Tana Tidung pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor pertanian di Kaltara tidak merata, dan perlu adanya strategi yang lebih terfokus untuk menjaga stabilitas produksi padi.
Proyeksi produksi beras pada Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 10.278 ton, atau mengalami penurunan sebesar 6,79 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024. Penurunan ini perlu diantisipasi dengan langkah-langkah strategis untuk menjaga ketahanan pangan di Kaltara.
Potensi produksi beras pada Januari 2025 diperkirakan mencapai 3.281 ton, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2025 adalah 6.996 ton. Data ini memberikan gambaran lebih detail tentang proyeksi produksi beras di Kaltara pada awal tahun 2025.
Kesimpulan
Peningkatan produksi padi dan beras di Kalimantan Utara pada tahun 2024 merupakan capaian yang positif. Namun, proyeksi penurunan produksi pada awal tahun 2025 perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah. Strategi pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi sangat penting untuk menjaga stabilitas produksi dan ketahanan pangan di Kaltara. Pemantauan dan evaluasi secara berkala juga diperlukan untuk memastikan keberhasilan program-program peningkatan produksi pertanian.