Produksi Padi Papua Barat Turun, BPS Ungkap Penyebabnya
Produksi padi di Papua Barat tahun 2024 menurun 8,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 20,73 ribu ton gabah kering giling, terutama disebabkan penurunan produksi di Manokwari dan Manokwari Selatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Barat baru-baru ini merilis data produksi padi tahun 2024. Hasilnya menunjukkan penurunan produksi yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Total produksi padi mencapai 20,73 ribu ton gabah kering giling (GKG), dengan luas panen mencapai 5,12 ribu hektare. Penurunan ini terjadi di beberapa wilayah utama penghasil padi di provinsi tersebut.
Kepala BPS Papua Barat, Merry, dalam konferensi pers di Manokwari menjelaskan bahwa penurunan produksi padi sebesar 1,84 ribu ton atau 8,14 persen ini dibandingkan dengan produksi tahun 2023 yang mencapai 22,57 ribu ton. "Penurunan produksi padi terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Manokwari dan Manokwari Selatan," ungkap Merry.
Data BPS juga menunjukkan fluktuasi produksi padi antar sub-ronde. Sub-ronde pertama (Januari-April) menghasilkan 6,81 ribu ton, kemudian menurun menjadi 4,85 ribu ton pada sub-ronde kedua (Mei-Agustus), dan meningkat kembali menjadi 9,07 ribu ton pada sub-ronde ketiga (September-Desember).
Analisis Produksi Padi per Kabupaten
Distribusi produksi padi di Papua Barat tahun 2024 menunjukkan kontribusi terbesar berasal dari Kabupaten Manokwari dengan total produksi mencapai 14,46 ribu ton. Kabupaten Manokwari Selatan menyusul dengan 5,31 ribu ton. Sementara itu, Kabupaten Teluk Bintuni menghasilkan 0,85 ribu ton, Teluk Wondama 0,06 ribu ton, dan Fakfak 0,05 ribu ton. Dua kabupaten lainnya, Kaimana dan Pegunungan Arfak, tidak mencatatkan produksi padi karena keterbatasan lahan persawahan, menurut keterangan Merry.
Penurunan produksi padi berdampak pada produksi beras yang dikonsumsi masyarakat. Total produksi beras tahun 2024 mencapai 12,46 ribu ton, turun 1,10 ribu ton dibandingkan tahun 2023. Produksi beras juga menunjukkan fluktuasi antar sub-ronde, dengan peningkatan signifikan pada sub-ronde ketiga (5,45 ribu ton), meningkat 15,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. "Produksi beras subround ketiga meningkat signifikan sebesar 15,36 persen jika dibanding periode yang sama tahun 2023," kata Merry.
Meskipun produksi padi menurun, luas panen justru mengalami peningkatan sebesar 2,29 persen, mencapai 5,12 ribu hektare dibandingkan tahun sebelumnya (5,01 ribu hektare). Peningkatan luas panen ini terlihat pada periode September-Desember (2,23 ribu hektare), sementara periode Januari-April dan Mei-Agustus menunjukkan angka yang lebih rendah yaitu 1,67 ribu hektare dan 1,22 ribu hektare.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Meskipun data menunjukkan peningkatan luas panen, penurunan produksi padi mengindikasikan adanya faktor lain yang mempengaruhi hasil panen. Kemungkinan faktor-faktor tersebut antara lain kondisi cuaca, hama penyakit tanaman, dan kualitas benih yang digunakan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi secara pasti faktor-faktor penyebab penurunan produksi padi di Papua Barat.
Pemerintah Provinsi Papua Barat perlu memperhatikan temuan BPS ini dan mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produksi padi di masa mendatang. Hal ini penting untuk menjamin ketahanan pangan di wilayah tersebut dan memenuhi kebutuhan beras masyarakat Papua Barat. Program peningkatan produktivitas pertanian, seperti penyediaan benih unggul, pelatihan petani, dan pengendalian hama penyakit, perlu mendapat perhatian serius.
Data produksi padi ini menjadi acuan penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan di sektor pertanian. Upaya untuk meningkatkan produktivitas padi di Papua Barat memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan keberhasilannya.
Kesimpulannya, penurunan produksi padi di Papua Barat pada tahun 2024 menjadi perhatian serius. Analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebab penurunan produksi sangat diperlukan untuk merumuskan strategi peningkatan produksi padi di masa mendatang dan menjaga ketahanan pangan di Papua Barat.