Properti di Indonesia: Pertumbuhan Stabil 15-18 Persen di 2025?
Ketua Umum AGRA memprediksi sektor properti Indonesia akan tumbuh stabil hingga 15-18 persen di tahun 2025, didorong oleh suku bunga yang stabil dan insentif pemerintah.
Tangerang, 24 April 2024 - Di tengah ketidakpastian ekonomi global, sektor properti di Indonesia diprediksi tetap menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Ketua Umum Afiliasi Global Ritel Indonesia (AGRA), Roy N. Mandey, mengungkapkan proyeksi pertumbuhan yang optimistis untuk tahun 2025, meski tantangan seperti perang tarif masih membayangi.
Menurut Roy, investasi properti, baik residensial maupun komersial, diperkirakan akan tumbuh sebesar 15 hingga 18 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun 2025. Kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun diprediksi meningkat dari 10 persen di tahun 2024 menjadi 11,5 persen di tahun 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor kunci, yang akan dibahas lebih lanjut.
Salah satu faktor pendorong utama adalah sektor Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Roy memperkirakan KPR akan tumbuh hingga 20 persen yoy di tahun 2025. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk suku bunga yang stabil, kemudahan akses kredit, dan berbagai insentif yang diberikan oleh pemerintah. Kondisi ini membuat tahun 2025 menjadi momentum yang tepat bagi masyarakat untuk berinvestasi di sektor properti.
Pertumbuhan Sektor Properti: Antara Prediksi dan Realitas
Prediksi pertumbuhan sektor properti yang positif ini diperkuat oleh pandangan dari Presiden Direktur Paramount Land, M. Nawawi. Ia menekankan bahwa perusahaannya tidak hanya fokus pada pembangunan gedung, tetapi juga pada pengembangan ekosistem bisnis yang berkelanjutan. Paramount Land, misalnya, telah membangun kawasan bisnis di Gading Serpong yang dirancang sebagai pusat ekonomi baru jangka panjang.
Kawasan ini memiliki delapan titik pusat kegiatan bisnis (Central Business District/CBD) yang menjadi pusat keramaian dan pertemuan. Titik-titik tersebut antara lain Bundaran Gading Serpong, Bundaran Paramount Plaza, Simpang BEZ Plaza, Kawasan Pisa Grande, Simpang Pasadena, Simpang Maggiore Business Loft, Jalan Tembus GS-BSD, dan Simpang Bethsaida Hospital. Di titik terakhir inilah Paramount Land akan membangun proyek komersial terbarunya, Maxim Square.
M. Nawawi menjelaskan bahwa pengembangan kawasan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang terintegrasi dan dinamis. Dengan demikian, investasi di sektor properti di kawasan ini diharapkan akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi investor.
Maxim Square: Proyek Komersial di Victoria Central District
Lebih lanjut, Chrissandy Dave, Direktur Sales & Marketing Paramount Land, memberikan detail mengenai Maxim Square. Ia menjelaskan bahwa Maxim Square merupakan proyek komersial pertama di Victoria Central District, sebuah lokasi strategis yang dilalui oleh sekitar 15.000 kendaraan per jam. Hal ini menunjukkan tingginya potensi pasar dan aksesibilitas yang baik untuk bisnis yang beroperasi di kawasan ini.
Pada tahap pertama, Maxim Square akan memasarkan sebanyak 16 unit. Harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari Rp3,6 miliar untuk unit reguler hingga Rp10,3 miliar untuk tipe Studio Loft. Harga yang ditawarkan tentunya disesuaikan dengan lokasi, fasilitas, dan ukuran unit yang tersedia. Informasi lebih lanjut dapat diperoleh langsung dari pihak Paramount Land.
Secara keseluruhan, prediksi pertumbuhan sektor properti di Indonesia pada tahun 2025 cukup menjanjikan. Kombinasi dari faktor-faktor seperti suku bunga yang stabil, kemudahan akses kredit, insentif pemerintah, dan pengembangan kawasan bisnis terintegrasi, menciptakan iklim investasi yang kondusif. Namun, tetap perlu diwaspadai potensi risiko global yang dapat mempengaruhi pasar properti.
Meskipun demikian, dengan strategi pengembangan yang tepat dan antisipasi terhadap potensi risiko, sektor properti Indonesia diyakini mampu mempertahankan pertumbuhannya dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.