Puasa Ramadhan: Membangun Pribadi Berakhlak Mulia, Kata Ketua PWNU Jatim
Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz, menekankan pentingnya puasa Ramadhan dalam membentuk pribadi berakhlak mulia, meningkatkan kesetaraan sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Surabaya, 28 Februari 2024 (ANTARA) - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, menyampaikan bahwa ibadah puasa Ramadhan sangat penting dalam membentuk pribadi berakhlak mulia. Pernyataan ini disampaikannya dalam khutbah Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS). Khutbah tersebut mengangkat tema 'Khutbah Rasulullah Jelang Ramadhan'. Gus Kikin menjelaskan bagaimana puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga membentuk karakter dan keimanan.
Dalam khutbahnya, Gus Kikin, yang juga pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, memaparkan bahwa puasa Ramadhan memberikan istirahat bagi perut yang selama setahun bekerja tanpa henti. Lebih dari itu, kebiasaan berpuasa melatih pengendalian diri dan memperkuat akhlak mulia. Ia menambahkan, "Puasa itu memberikan istirahat pada perut yang dalam masa setahun senantiasa bekerja tanpa henti, namun upaya membiasakan berlapar-lapar itu dapat menumbuhkan pribadi yang mampu menahan diri dan menguatkan akhlak yang baik dan budi pekerti yang mulia."
Lebih lanjut, Gus Kikin menjelaskan bahwa puasa juga menciptakan kesetaraan antara golongan kaya dan miskin. Orang kaya dapat merasakan penderitaan saudara-saudaranya yang kurang mampu, sehingga setelah Ramadhan, umat Muslim diwajibkan membayar zakat fitrah sebagai bentuk kepedulian sosial. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang diajarkan agama Islam.
Keutamaan Ramadhan dan Perbaikan Diri
Gus Kikin menekankan keutamaan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh rahmat, ampunan, dan kesempatan untuk terhindar dari api neraka. "Ramadhan adalah bulan yang mengandung banyak keutamaan dan penuh dengan ampunan, serta bulan penuh rahmat dan bulan istimewa atau khusus, karena pahala puasa Ramadhan itu langsung dari Allah dengan pahala berlipat-lipat, sehingga Allah meningkatkan derajat orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh mencapai derajat muttaqin," jelasnya. Beliau menghubungkan derajat tertinggi ini dengan rahmat Allah, yang dapat membawa seseorang ke surga, terlepas dari jumlah ibadah yang dilakukan.
Untuk memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan, Gus Kikin menyarankan perbaikan hati dengan menghindari syirik dan permusuhan. Perbaikan shalat dan sikap terhadap sesama, terutama dalam membangun kesetaraan antara kaya dan miskin, juga menjadi hal penting. Shalat, menurut beliau, merupakan sarana komunikasi dengan Allah SWT dan tolok ukur keimanan untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. Perintah shalat, yang diterima Rasulullah SAW di Sidratul Muntaha 33 hari sebelum Ramadhan, semakin menggarisbawahi pentingnya ibadah ini.
Selain itu, Gus Kikin juga mengingatkan akan pentingnya malam Nisfu Syaban, 15 hari sebelum Ramadhan, sebagai waktu yang dipenuhi ampunan Allah. "Untuk memperbaiki hati, ada malam nisfu syaban yang hanya 15 hari menjelang Ramadhan itu, Allah menebar maghfirah (ampunan), kecuali yang musyrik dan masih memiliki rasa permusuhan, sehingga ibadah dan doa pada malam nisfu syaban menjadi tambahan bekal menyongsong Ramadhan. Setelah itu, pembiasaan berlapar-lapar akan dapat menumbuhkan akhlak dan budi pekerti yang mulia, apalagi juga ada zakat," tuturnya. Beliau menambahkan bahwa ibadah dan doa di malam Nisfu Syaban menjadi bekal tambahan dalam menyambut Ramadhan.
Ramadhan: Bulan Agung dan Kesempatan Bertaubat
Pada akhir khutbahnya, Gus Kikin menegaskan kembali keutamaan bulan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al-Quran, dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya setan, dan dianugerahkannya malam Lailatul Qadar. Beliau mengajak umat Islam untuk memanfaatkan Ramadhan sebagai sarana menata jiwa dan meningkatkan ketaqwaan. "Oleh karena itu, mari memanfaatkan Ramadhan sebagai sarana menata jiwa, agar semua amalan terjaga hanya untuk Allah, karena puasa itu khusus. Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan bahwa semua amal anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa yang untuk-Ku (untuk Allah) dan Aku (Allah) yang akan membalasnya. Jadi, Ramadhan itu bagi Allah adalah antara kita dengan Allah, istimewa dan khusus," katanya.
Secara keseluruhan, khutbah Gus Kikin menekankan pentingnya puasa Ramadhan tidak hanya sebagai ibadah ritual, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, meningkatkan kepedulian sosial, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pesan ini mengajak umat Islam untuk merenungkan makna puasa dan memanfaatkan bulan Ramadhan secara maksimal untuk mencapai ketakwaan dan kebaikan.