Rupiah Menguat: Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS Jadi Kunci
Nilai tukar rupiah menguat 0,41 persen ke Rp16.807 per dolar AS, didorong ketidakpastian kebijakan moneter AS setelah pernyataan Presiden Trump soal Ketua The Fed.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali membuat gempar pasar keuangan global dengan rencananya untuk merombak Federal Reserve (The Fed). Pernyataan kontroversial Trump ini, yang disampaikan melalui media sosial dan kepada wartawan, menyebabkan ketidakpastian yang signifikan dan berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Penguatan ini terjadi pada Senin, 21 April, di mana rupiah ditutup pada angka Rp16.807 per dolar AS, menguat 70 poin atau 0,41 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.
Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa ketidakpastian seputar kebijakan moneter AS menjadi faktor utama penguatan rupiah. Pernyataan Trump yang mengancam pemecatan Ketua The Fed, Jerome Powell, memicu kekhawatiran akan independensi bank sentral AS dan mengirimkan riak ke pasar keuangan global. "Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan pada hari Jumat bahwa Presiden Trump dan timnya terus mempelajari apakah mereka dapat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Hal ini memicu kekhawatiran tentang independensi Fed, sehingga mengirimkan riak ke pasar keuangan," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya.
Ketidakpuasan Trump terhadap Powell, yang diungkapkan secara terbuka, disebutkan terkait dengan penilaian suram Powell terhadap prospek ekonomi AS pasca-perombakan tarif besar-besaran yang dilakukan Trump sejak 3 April 2025. Trump juga beberapa kali mendesak The Fed untuk menurunkan suku bunga, namun Powell meminta 'kejelasan yang lebih besar' terkait dampak kebijakan tarif Trump sebelum mengambil tindakan. Unggahan Trump di Truth Social pada 17 April 2025 yang berbunyi "Powell’s termination cannot come fast enough!" semakin memperkuat sinyal ketidakpastian ini.
Dampak Pernyataan Trump terhadap Pasar
Pernyataan-pernyataan kontroversial Trump menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor global. Ancaman pemecatan Powell terhadap independensi The Fed menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas kebijakan moneter AS. Hal ini membuat investor cenderung mencari aset-aset yang lebih aman, termasuk rupiah, yang pada akhirnya menyebabkan penguatan nilai tukar mata uang Indonesia.
Selain itu, Ibrahim Assuabi juga menunjuk pada perkiraan pelemahan sejumlah rilis data ekonomi AS pada pekan tersebut sebagai faktor pendukung penguatan rupiah. Investor tengah mencermati rilis data seperti PMI (Purchasing Managers' Index) manufaktur dan jasa bulan April untuk mengukur kesehatan ekonomi AS. Diperkirakan, rilis PMI akan semakin menggarisbawahi dampak negatif tarif terhadap perekonomian, dengan kondisi manufaktur dan jasa di berbagai negara ekonomi utama diperkirakan akan melemah.
Kondisi ini memberikan gambaran yang kurang optimistis terhadap perekonomian AS, sehingga investor cenderung mengurangi eksposur mereka terhadap dolar AS dan beralih ke mata uang negara berkembang seperti rupiah, yang dianggap relatif lebih stabil dalam kondisi ketidakpastian global.
Analisis Penguatan Rupiah
Penguatan rupiah sebesar 70 poin atau 0,41 persen menjadi Rp16.807 per dolar AS menunjukkan respon pasar terhadap ketidakpastian kebijakan moneter AS. Hal ini menunjukkan bahwa pasar merespon negatif terhadap potensi intervensi politik terhadap bank sentral yang independen. Penguatan ini juga menunjukkan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan AS dalam kondisi ketidakpastian saat ini.
Meskipun penguatan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, kondisi ekonomi domestik Indonesia juga turut berperan. Stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah yang tepat dapat memperkuat daya tahan rupiah terhadap gejolak global. Namun, perlu diingat bahwa situasi ini masih dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung perkembangan situasi politik dan ekonomi AS.
Ke depan, perkembangan kebijakan moneter AS dan rilis data ekonomi AS akan tetap menjadi faktor penentu pergerakan nilai tukar rupiah. Investor akan terus memantau situasi dengan cermat untuk mengantisipasi potensi volatilitas di pasar keuangan.
Kesimpulannya, penguatan rupiah kali ini didorong oleh ketidakpastian kebijakan moneter AS yang dipicu oleh pernyataan Presiden Trump. Meskipun faktor domestik juga berperan, ketidakpastian global tetap menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.