SBY Tekankan Pentingnya Multilateralisme di Tengah Krisis Kepemimpinan Global
Mantan Presiden SBY menyampaikan pidato kunci di Konferensi Tokyo 2025, menekankan pentingnya memperkuat multilateralism untuk mengatasi konflik global dan perubahan iklim.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), presiden keenam Indonesia, dalam pidato kuncinya di Konferensi Tokyo 2025 di Tokyo, Jepang, pada Selasa (4/3), menyoroti krisis kepemimpinan global dan menekankan perlunya memperkuat multilateralism. Pidato tersebut disampaikan di hadapan peserta konferensi yang diselenggarakan oleh Genron NPO, sebuah lembaga think tank nirlaba independen di Jepang. Pernyataan ini diterima dari tim media SBY di Jakarta pada hari yang sama. Konferensi ini juga dihadiri secara virtual oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Helen Clark, dalam rangka memperingati 80 tahun berdirinya PBB.
SBY menyatakan keprihatinannya atas situasi dunia yang penuh gejolak. "Kita hidup di dunia yang dilanda kekacauan, di mana kepercayaan pada tatanan berbasis aturan semakin melemah," katanya. Ia mencontohkan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, Palestina, Kongo, Sudan, dan Myanmar sebagai bukti bahwa komunitas internasional belum mencapai perdamaian sejati meskipun PBB telah berdiri sejak 1945.
Ia juga mengkritik penarikan diri Amerika Serikat dari Perjanjian Paris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Ketika suatu negara menarik diri, negara lain harus siap untuk mengisinya... Dunia membutuhkan pemimpin yang berani dan berpikiran luas yang mampu menawarkan solusi, bukan memperburuk keadaan," tegasnya. SBY menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi konflik global dan perubahan iklim serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Peran PBB dan Reformasi Dewan Keamanan
Untuk memperkuat multilateralism, SBY mengusulkan reformasi Dewan Keamanan PBB. Ia menyarankan pembatasan hak veto anggota Dewan Keamanan, peningkatan operasi penjaga perdamaian, dan jaminan pendanaan yang stabil untuk PBB. Menurutnya, upaya kolektif dari entitas internasional sangat penting untuk mengatasi masalah global.
Tidak ada satu negara pun di dunia yang mampu mengatasi tantangan global secara unilateral, lanjut SBY. "Kita tidak punya pilihan lain selain bekerja sama untuk menghindari bencana iklim, mencegah perang dunia, dan mengurangi penderitaan manusia," katanya. SBY, yang juga mantan perwira tinggi TNI, menegaskan bahwa kerja sama internasional adalah satu-satunya jalan untuk menghadapi tantangan global yang kompleks dan saling terkait.
Konferensi Tokyo 2025 sendiri berfokus pada kerja sama internasional dan upaya pemulihan perdamaian. Kehadiran SBY sebagai pembicara kunci menunjukkan pentingnya peran Indonesia dalam kancah internasional dan komitmennya terhadap multilateralism.
Kerja Sama Internasional: Satu-satunya Jalan
SBY dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada solusi tunggal untuk masalah global yang kompleks. Ia menekankan pentingnya pendekatan multilateral dan kerja sama internasional yang kuat untuk mencapai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam berbagai forum internasional untuk mendorong perdamaian dan kesejahteraan global.
Pesan SBY ini relevan dengan situasi global saat ini yang ditandai dengan meningkatnya ketidakpastian dan tantangan. Pernyataan SBY tentang pentingnya reformasi PBB dan penguatan multilateralism merupakan seruan penting bagi negara-negara di dunia untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan bersama.
Konferensi Tokyo 2025 memberikan platform bagi para pemimpin dan pakar untuk berdiskusi dan berkolaborasi dalam mencari solusi untuk masalah global. Partisipasi SBY dalam konferensi ini memperkuat pesan penting tentang perlunya kepemimpinan global yang bertanggung jawab dan komitmen terhadap multilateralism.
Kesimpulan
Pidato SBY di Konferensi Tokyo 2025 menjadi pengingat penting akan perlunya kerja sama internasional yang kuat dalam menghadapi tantangan global. Multilateralism, menurutnya, bukan hanya pilihan, melainkan keharusan untuk mencapai perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.