Smelter di Sumbawa Barat: Pintu Masuk Industri Berkelanjutan NTB?
Keberadaan smelter di Sumbawa Barat berpotensi menjadi kunci pertumbuhan ekonomi berkelanjutan NTB, menarik investasi, dan menyerap tenaga kerja, meskipun terdapat tantangan terkait perpanjangan izin ekspor konsentrat.
Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal, menyatakan bahwa smelter di Kabupaten Sumbawa Barat menjadi pintu masuk bagi industri berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat. Kunjungan kerjanya pada 8 Maret 2025 bertujuan memperkuat kolaborasi antara pemerintah provinsi, pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat setempat. Hal ini didorong oleh kekayaan sumber daya alam Sumbawa Barat, khususnya di sektor pertambangan, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian daerah.
Meskipun tambang Batu Hijau akan berakhir pada 2030, Iqbal optimistis Sumbawa Barat akan tetap menjadi kawasan industri yang berkembang. Ekosistem industri yang terbangun diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menarik investor, dan menyerap tenaga kerja secara maksimal. Hilirisasi industri menjadi strategi kunci untuk mendorong peningkatan perekonomian daerah, menurutnya. "Salah satu keunggulan dari kebijakan strategis yang bisa dilakukan terhadap kawasan industri ini adalah hilirisasi industri, sehingga ke depan bisa sebagai motor penggerak bagi peningkatan perekonomian," ujar Iqbal.
Pertumbuhan ekonomi NTB yang signifikan pada 2024, mencapai 5,30 persen secara kuartal ke kuartal, turut dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang berkontribusi 20 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kepala BPS NTB, Wahyudin, bahkan mengungkapkan bahwa tanpa sektor pertambangan, pertumbuhan ekonomi NTB hanya akan mencapai 3,87 persen. Penerimaan bea keluar juga meningkat pesat, mencapai Rp3,61 triliun pada 2024, naik 46,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh peningkatan ekspor konsentrat tembaga.
Smelter Amman: Potensi dan Tantangan
Smelter Amman Mineral Nusa Tenggara di Sumbawa Barat memiliki kapasitas pengolahan 900 ton konsentrat tembaga per tahun. Dari kapasitas tersebut, smelter mampu menghasilkan 220 ribu ton katoda tembaga, 801 ribu ton asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak, dan 77 ton selenium. Namun, Presiden Direktur Amman Mineral Internasional, Rachmat Makkasau, dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI pada 19 Februari 2025, meminta fleksibilitas perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga pada 2025 karena operasi smelter baru mencapai 48 persen dari kapasitas produksi.
Permintaan perpanjangan izin ekspor ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam transisi menuju hilirisasi industri. Meskipun smelter memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, operasionalnya masih menghadapi kendala yang perlu diatasi. Koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak industri menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi tantangan ini.
Keberadaan smelter ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pembangunan industri berkelanjutan di daerah lain di Indonesia. Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, smelter ini dapat menjadi mesin penggerak perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumbawa Barat.
Implikasi terhadap Perekonomian NTB
Peningkatan penerimaan bea keluar dan kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB NTB menunjukkan pentingnya peran smelter dalam perekonomian daerah. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal memastikan keberlanjutan industri dan pemerataan manfaat bagi masyarakat. Pemerintah perlu memastikan bahwa pembangunan industri ini dilakukan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Investasi di sektor hilirisasi industri, seperti pembangunan smelter, perlu terus didorong untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah produk. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam pengembangan industri ini agar dampak negatif dapat diminimalisir.
Ke depan, pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pembangunan smelter terhadap lingkungan dan sosial perlu dilakukan secara berkala. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pembangunan industri ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat NTB.
Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan dari semua pihak, smelter di Sumbawa Barat dapat menjadi contoh keberhasilan pembangunan industri berkelanjutan di Indonesia, sekaligus menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat.