Sri Mulyani: Manufaktur Indonesia Tunjukkan Perbaikan Kinerja di Tengah Isu PHK
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan kinerja positif industri manufaktur Indonesia, terutama ekspor dan pertumbuhan beberapa sektor, meskipun isu PHK masih beredar.
Jakarta, 13 Maret 2025 - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal positif terkait kinerja industri manufaktur Indonesia. Pernyataan ini disampaikan di tengah maraknya pemberitaan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor. Konferensi pers APBN KiTa Edisi Maret 2025 menjadi wadah penyampaian data terbaru yang menunjukkan perbaikan kinerja manufaktur, meskipun tantangan tetap ada.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa meskipun terjadi PHK di beberapa sektor, data yang dimiliki pemerintah menunjukkan peningkatan ekspor dan pertumbuhan di industri tertentu. "Ada terjadi PHK, tapi data kami menunjukkan untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki itu ekspor dan pertumbuhannya naik," tegas Sri Mulyani dalam konferensi pers tersebut. Data ini memberikan gambaran yang lebih nuansa terhadap situasi ekonomi terkini.
Pemerintah optimistis bahwa kinerja manufaktur yang membaik ini akan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan kinerja manufaktur yang kuat, diharapkan sektor eksternal Indonesia juga akan tetap terjaga dengan baik.
Pertumbuhan Positif di Sektor Manufaktur
Beberapa sektor industri di Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekspor yang signifikan pada Januari 2025, meskipun terjadi disrupsi global. Industri elektronik misalnya, mengalami pertumbuhan ekspor sebesar 20,5 persen. Pertumbuhan ekspor juga terlihat pada industri olahan mikro (47,2 persen), tembaga (4,6 persen), alas kaki (17 persen), dan TPT (3,8 persen). Meskipun pertumbuhan TPT tergolong rendah, namun angka positif 3,8 persen menunjukkan tren yang menggembirakan.
Tidak hanya ekspor, beberapa industri juga menunjukkan peningkatan kinerja pertumbuhan pada tahun 2024. Industri makanan dan minuman tumbuh 5,9 persen, industri kimia juga tumbuh 5,9 persen, elektronik tumbuh 6,2 persen, logam dasar tumbuh signifikan hingga 13,3 persen, TPT tumbuh 4,3 persen, dan alas kaki tumbuh 6,8 persen. Kinerja positif ini menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama untuk TPT dan alas kaki yang pada tahun 2023 mengalami pertumbuhan negatif.
Data Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Februari 2025 semakin memperkuat optimisme ini. PMI mencapai level 53,6, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan PMI tertinggi kedua setelah India. Indeks komponen PMI manufaktur Indonesia sebagian besar berada di zona ekspansi, meliputi hasil produksi (54,4), total permintaan (54,8), tenaga kerja (53), stok barang jadi (51,7), dan stok input produksi (54,1). Hanya komponen ekspor yang berada di zona kontraksi dengan level 49,4.
Optimisme Terhadap Kinerja Manufaktur
Sri Mulyani menegaskan keyakinannya bahwa kinerja manufaktur Indonesia tetap kuat dan menunjukkan tren penguatan. "Ini landasan optimisme kita yang harus terus kita jaga. Ini merupakan sesuatu yang positif, yang tentunya perlu untuk kita jaga bersama-sama. Dengan kinerja manufaktur yang bagus, ketahanan sektor eksternal kita juga cukup terjaga baik," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus mendukung dan menjaga pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia.
Secara keseluruhan, data yang dipaparkan menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan seperti PHK, industri manufaktur Indonesia menunjukkan kinerja yang positif dan menjanjikan. Pertumbuhan ekspor dan peningkatan kinerja di beberapa sektor menjadi indikator penting bagi optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Pemerintah akan terus berupaya menjaga momentum positif ini agar perekonomian nasional tetap stabil dan berkelanjutan.
Pemerintah juga akan terus memantau perkembangan situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi tantangan yang ada, termasuk isu PHK. Dengan kolaborasi dan kerja sama semua pihak, diharapkan industri manufaktur Indonesia dapat terus tumbuh dan berkontribusi pada perekonomian nasional.