Sukses! PMT Lokal Dongkrak Pertumbuhan Balita di Kotim
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal di Kotim, Kalimantan Tengah, berhasil meningkatkan tumbuh kembang balita, meskipun masih ada tantangan dalam jangkauan sasaran.
Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan lokal di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan pertumbuhan balita. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Puskesmas Ketapang II Kotim, Siti Aisyah, di Sampit pada Senin, 3 Januari 2025. Program yang telah berjalan sejak awal 2024 ini terbukti efektif dalam meningkatkan berat dan tinggi badan anak, walau hanya beberapa sentimeter.
PMT lokal ini merupakan program Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang bertujuan meningkatkan status gizi dan mengurangi angka stunting. Program ini memanfaatkan bahan pangan lokal untuk memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil kurang energi kronik (KEK) dan balita dengan gizi kurang. Tujuan utamanya adalah mendorong kemandirian keluarga dalam menyediakan makanan bergizi.
Puskesmas Ketapang II, sebagai salah satu pelaksana program, bekerja sama dengan kader dan vendor untuk menyediakan makanan sesuai pedoman gizi yang telah ditetapkan. Siti Aisyah menjelaskan, selama tahun 2024, sebanyak 49 balita menjadi sasaran PMT, sementara untuk ibu hamil sebanyak 50 orang, meskipun hanya 15 orang yang aktif mengikuti program.
Bagaimana PMT Lokal Bekerja? Pemberian PMT dilakukan setiap hari selama periode tertentu. Misalnya, balita dengan gizi kurang menerima PMT selama 56 hari. Kader kesehatan secara rutin memantau pemberian PMT, memastikan orang tua memberikan makanan tambahan kepada anak mereka. Evaluasi dilakukan setiap dua minggu untuk memantau perkembangan berat dan tinggi badan anak.
Hasil yang Dicapai Siti Aisyah melaporkan bahwa sebagian besar anak yang mengikuti program menunjukkan peningkatan berat dan tinggi badan. Namun, ia juga mengakui adanya beberapa anak yang tidak menunjukkan peningkatan, yang kemungkinan disebabkan oleh penyakit bawaan. Meskipun demikian, secara keseluruhan program ini dinilai berhasil meningkatkan status gizi balita di wilayah tersebut.
Tantangan ke Depan Meskipun program menunjukkan hasil positif, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah rendahnya partisipasi ibu hamil dalam program. Ke depannya, perlu ditingkatkan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat agar program PMT lokal dapat memberikan dampak yang lebih luas dan optimal.
Kesimpulannya, Program PMT berbahan pangan lokal di Kotim terbukti efektif meningkatkan tumbuh kembang balita. Meskipun masih ada beberapa kendala, keberhasilan ini menunjukkan potensi besar program ini dalam upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Peningkatan partisipasi masyarakat dan pemantauan yang berkelanjutan sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang program ini.