Sukses Tekan Sampah 80 Persen, Bank Sampah Pulau Kelapa Jadi Role Model
Bank Sampah di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, berhasil mengurangi sampah rumah tangga hingga 80 persen berkat kesadaran warga dan kolaborasi berbagai pihak.
Program Bank Sampah di Pulau Kelapa, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, telah menorehkan prestasi membanggakan. Inisiatif ini berhasil menekan volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS) hingga 80 persen. Kesuksesan ini diraih berkat peningkatan kesadaran warga dalam memilah sampah dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Program ini dimulai sejak tahun 2018 dan terus berkembang hingga saat ini.
Zainal, Petugas Pendamping Bank Sampah dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Seribu, mengungkapkan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari pendampingan intensif kepada warga. "Alhamdulillah, sekarang warga sudah mulai sadar dan memilah sampah langsung dari rumah. Sampah organik, anorganik, hingga limbah B3 sudah mulai dipisahkan sejak dari sumbernya," ujarnya. Konsistensi warga dalam memilah sampah semakin membaik dalam satu tahun terakhir, dengan sedikitnya 108 rumah tangga yang aktif berpartisipasi.
Kolaborasi strategis dengan Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) menjadi kunci keberhasilan program ini. WVI memberikan bantuan fasilitas berupa troli, gerobak, sepatu boot, dan juga menyelenggarakan kegiatan edukasi dan padat karya yang menyasar para ibu rumah tangga. Sebelum adanya pendampingan, seluruh sampah dibuang langsung ke TPS tanpa pemilahan, bahkan sebagian dibuang ke laut. "Lebih baik, ya. Sebelum adanya pendampingan ini, seluruh sampah rumah tangga dibuang langsung ke TPS tanpa pemilahan, bahkan sebagian dibuang ke laut atau sampah kiriman yang dibawa arus sampai ke pulau kami ini," ungkap Zainal.
Pengelolaan Sampah yang Efektif
Pulau Kelapa memproduksi sampah rumah tangga sebanyak 200 hingga 300 kilogram per hari, belum termasuk sampah kiriman dari daerah sekitar. Anggota Bank Sampah dan warga telah terlatih memilah sampah seperti plastik, kertas, dan kardus untuk dijual ke pengepul atau diolah menjadi kerajinan. Sampah residu yang tak dapat dimanfaatkan, seperti puntung rokok dan pembalut, ditampung di TPS dan dikirim ke TPA Bantar Gebang setiap akhir pekan.
"Tidak semua jenis sampah lagi yang keluar dari pulau kami ini, sudah berkurang karena diproses semua, 80 persen lah pengurangannya dari adanya Bank Sampah ini," kata Zainal. Meskipun memberikan dampak positif yang signifikan, bangunan Bank Sampah saat ini masih sederhana, hanya berdinding triplek dan beratap asbes bekas. Zainal berharap dapat dibangun tempat permanen untuk meningkatkan efisiensi dan ketahanan infrastruktur.
"Kalau hujan atau angin kencang, bangunan yang ada sekarang sangat rentan rusak. Makanya kami butuh bangunan gedung permanen agar aktivitas bank sampah bisa berjalan lebih optimal," cetusnya. Hal senada disampaikan Lurah Pulau Kelapa, Muslim, yang menyatakan bahwa wilayahnya kini menjadi salah satu yang terbaik dalam pengelolaan bank sampah di tingkat Kepulauan Seribu dan Provinsi DKI Jakarta.
Apresiasi dan Penghasilan Tambahan
Penilaian tersebut diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, dengan indikator penilaian meliputi kelengkapan administrasi, fasilitas memadai, dan sistem simpan pinjam bagi nasabah. Meskipun penghasilannya tidak besar, bank sampah memberikan tambahan pendapatan bagi warga, yang biasanya diambil menjelang Hari Raya Idul Fitri.
"Semua dilakukan secara mandiri oleh masyarakat kami. Tidak ada anggaran khusus yang disiapkan untuk kegiatan ini. Saya apresiasi sekali semua dukungan yang diberikan mitra," ujar Lurah Muslim. Keberhasilan Bank Sampah Pulau Kelapa menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dan kesadaran masyarakat dapat menciptakan solusi efektif dalam pengelolaan sampah, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga.
Kesimpulannya, program Bank Sampah di Pulau Kelapa telah menunjukkan dampak yang signifikan dalam mengurangi volume sampah dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Keberhasilan ini menjadi model pengelolaan sampah yang dapat diadopsi di daerah lain.