Sulawesi Selatan Sukses Tekan Angka Stunting: Kerja Sama Pemerintah dan Mitra Strategis Berbuah Manis
Pemprov Sulsel berhasil menurunkan angka stunting dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen berkat kolaborasi dengan berbagai mitra strategis, menunjukkan upaya serius dalam mengatasi masalah gizi anak.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Sulsel turun dari 27,4 persen pada tahun 2023 menjadi 23,3 persen di tahun 2024. Penurunan sebesar 4,1 persen ini merupakan hasil kerja keras Pemprov Sulsel dan berbagai mitra strategisnya. Pencapaian ini diraih melalui berbagai program dan intervensi yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat luas. Kolaborasi ini menjadi kunci keberhasilan dalam menekan angka stunting di Sulsel.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishak Iskandar, mengapresiasi kontribusi para mitra strategis. Ia menyebutkan bahwa berbagai program intervensi gizi 1000 hari pertama dan pendampingan gizi desa telah dijalankan sejak tahun 2020. Selain itu, terobosan program dari berbagai kabupaten/kota, seperti program "tidak lahir stunting baru" di Kabupaten Gowa, juga turut berkontribusi besar. Pemprov Sulsel menargetkan penurunan angka stunting hingga 23,9 persen di tahun ini dan terus berupaya untuk mencapai angka ideal 6,1 persen pada tahun 2045.
Gubernur Sulsel menekankan pentingnya kolaborasi dalam upaya penurunan angka stunting. Kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Salah satu mitra strategis yang aktif berperan adalah Jenewa Institute bersama UNICEF, yang melaksanakan berbagai program penguatan pemberantasan stunting, termasuk dialog Gizi dan Pencegahan Stunting yang melibatkan awak media.
Peran Strategis Media dan Kolaborasi Mitra Pembangunan
Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said, menyoroti peran strategis media dalam komunikasi perubahan perilaku. "Media memiliki peran strategi dalam teori dan penerapan komunikasi perubahan perilaku, terutama dalam pendekatan kampanye publik," ujarnya. Hal ini sejalan dengan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting tahun 2018 yang menekankan pentingnya pilar peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
Nutrition Officer UNICEF, Nike Frans, menjelaskan bahwa masih terdapat tiga beban masalah gizi utama, yaitu stunting, wasting, kelebihan berat badan/obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro/anemia. "Jika ini dibiarkan akan mengancam kesejahteraan masyarakat dan manusia. Stunting disebabkan karena perilaku, gizi kesehatan dan pelayanan," kata Nike Frans. Ia menambahkan bahwa komunikasi perubahan perilaku merupakan upaya pencegahan yang penting, karena masih banyak kesalahan pemahaman tentang gizi dan kesehatan sehari-hari.
Perbaikan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting menjadi dasar perubahan perilaku. Oleh karena itu, peran media sebagai sumber informasi yang valid dan berbasis bukti sangat krusial untuk mengedukasi masyarakat. "Media sebagai sumber informasi masyarakat yang valid dan berdasarkan bukti, sehingga pelibatan media sangat penting untuk mengedukasi masyarakat," tegas Nike Frans. Kolaborasi sektor mitra pembangunan sangat penting untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia dan pemenuhan hak-hak anak di Indonesia.
Kesimpulan: Penurunan angka stunting di Sulawesi Selatan menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia dalam upaya percepatan penurunan stunting.