TNI AD Selidiki Kasus Masuknya Warga Sipil ke Lokasi Peledakan Amunisi di Garut: Sembilan Warga Tewas
Penyelidikan TNI AD terkait tewasnya sembilan warga sipil akibat ledakan amunisi di Garut, Jawa Barat, tengah berlangsung; proses pemusnahan amunisi yang awalnya berjalan lancar tiba-tiba diwarnai ledakan dahsyat.
Ledakan dahsyat terjadi saat pemusnahan amunisi di Garut, Jawa Barat, pada Senin, 12 Mei 2023, pukul 09.30 WIB. Peristiwa ini mengakibatkan 13 orang meninggal dunia, sembilan di antaranya warga sipil. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana warga sipil dapat berada di lokasi peledakan amunisi yang seharusnya steril dan aman.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, menyatakan bahwa TNI AD tengah menyelidiki penyebab masuknya warga sipil ke lokasi peledakan. "Sementara masih dalam penyelidikan, mohon waktu," ujar Wahyu saat dikonfirmasi Antara, Selasa. Pihaknya belum dapat menjelaskan secara detail peran warga sipil dalam proses pemusnahan amunisi tersebut.
Pemusnahan amunisi afkir dilakukan oleh jajaran Gudang Pusat Amunisi III Pusat Peralatan TNI AD di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Insiden ini menyoroti pentingnya prosedur keamanan yang ketat dalam penanganan amunisi dan perlunya investigasi menyeluruh untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Kronologi Ledakan Amunisi di Garut
Menurut keterangan Kadispenad, Brigjen TNI Wahyu, proses pemusnahan amunisi diawali dengan pengecekan keamanan lokasi dan personel. "Pada awal kegiatan secara prosedur telah ada pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan. Semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," jelasnya. Dua lubang sumur kemudian dibuat untuk menampung amunisi yang akan dimusnahkan.
Setelah amunisi dimasukkan ke dalam lubang sumur, personel TNI AD meledakkan lubang tersebut menggunakan detonator. "Peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Brigjen TNI Wahyu. Setelahnya, tim mempersiapkan satu lubang baru untuk memusnahkan detonator yang telah digunakan.
Namun, saat proses pemusnahan detonator, terjadi ledakan tiba-tiba dari dalam lubang. "Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang," ungkap Kadispenad. Ledakan tersebut mengakibatkan 13 orang meninggal dunia, terdiri dari empat anggota TNI dan sembilan warga sipil.
Daftar nama korban ledakan antara lain Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Dwi Priambodo, Pratu Aprio Setiawan, Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Iyus Ibing bin Inon, Anwar bin Inon, Iyus Rizal bin Saepuloh, Toto, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Investigasi Mendalam untuk Mengungkap Penyebab
TNI AD berkomitmen untuk melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti kejadian ini. Penyelidikan akan fokus pada bagaimana warga sipil dapat memasuki area yang seharusnya steril. Hasil investigasi diharapkan dapat memberikan penjelasan yang komprehensif dan mencegah kejadian serupa di masa depan.
Selain itu, investigasi juga akan meneliti prosedur keamanan yang telah diterapkan selama proses pemusnahan amunisi. Apakah ada celah keamanan yang memungkinkan masuknya warga sipil atau faktor lain yang menyebabkan ledakan tersebut. Proses investigasi ini akan melibatkan tim ahli dan melibatkan berbagai pihak terkait.
Kejadian ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dalam proses pemusnahan amunisi. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses investigasi sangat penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan keamanan di masa mendatang.
Kesimpulannya, peristiwa ledakan amunisi di Garut ini menjadi tragedi yang menyedihkan dan menuntut penyelidikan yang menyeluruh dan transparan. TNI AD berkomitmen untuk mengungkap penyebab kejadian dan memastikan langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk menghindari kejadian serupa di masa depan. Semoga investigasi ini dapat memberikan keadilan bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan.