Unilever Indonesia Tetap Bagi Dividen 100 Persen di 2025, Strategi Jaga Kepercayaan Investor
PT Unilever Indonesia Tbk memastikan tetap membagikan dividen 100 persen dari laba bersih tahun buku 2025, sebagai strategi mempertahankan kepercayaan pasar dan investor meskipun harga saham terkoreksi.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan komitmennya untuk tetap membagikan dividen sebesar 100 persen dari laba bersih pada tahun buku 2025. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Direktur Keuangan Unilever Indonesia, Neeraj Lal, di Jakarta pada Kamis, 24 April. Keputusan ini diambil sebagai strategi untuk mempertahankan kepercayaan pasar dan memberikan nilai tambah kepada pemegang saham, meskipun harga saham UNVR masih mengalami penurunan.
Neeraj Lal menegaskan, "Apa yang telah kami lakukan di masa lalu terkait strategi pembagian dividen akan tetap kami pertahankan. Investor dapat mengharapkan pembagian dividen 100 persen pada tahun 2025. Kami berkomitmen penuh untuk memastikan distribusi dan pembagian dividen 100 persen kepada para investor dan pemegang saham kami." Pernyataan ini disampaikan dalam paparan kinerja keuangan perusahaan.
Langkah Unilever Indonesia ini dinilai penting mengingat harga saham UNVR masih mengalami koreksi. Secara year to date (ytd), harga saham UNVR terkoreksi 22,28 persen, dan telah melemah hingga 82,48 persen dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini mendorong Unilever Indonesia untuk mengambil langkah strategis guna meningkatkan kepercayaan investor.
Strategi Unilever Indonesia Hadapi Koreksi Harga Saham
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengakui bahwa penurunan harga saham UNVR bukan merupakan fenomena jangka pendek, melainkan cerminan kinerja yang belum optimal selama lima tahun terakhir. Namun, ia memastikan bahwa perusahaan telah mengambil berbagai langkah strategis sejak akhir tahun lalu untuk memperbaiki kinerja.
Salah satu bukti perbaikan kinerja terlihat pada laporan keuangan kuartal I 2025. Unilever Indonesia mencatatkan laba bersih Rp1,2 triliun, meskipun turun 14,6 persen (yoy), namun meningkat signifikan 244,7 persen secara kuartalan (qtq). Peningkatan ini didorong oleh penyesuaian strategi operasional, termasuk pengurangan stok dan penyesuaian harga.
Penjualan bersih perusahaan juga tercatat sebesar Rp9,5 triliun, dengan pertumbuhan domestik mencapai 21,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Marjin laba sebelum pajak meningkat tajam, melonjak 1.054 basis poin menjadi 16,8 persen, sementara marjin kotor naik ke 48,2 persen. Hal ini menunjukkan perbaikan efisiensi operasional perusahaan.
Peningkatan belanja promosi juga dilakukan, mencapai 9,2 persen dari total penjualan bersih. Langkah ini mencerminkan fokus perusahaan pada penguatan merek dan peningkatan daya saing produk.
Transformasi Go-to-Market dan Penguatan Portofolio
Benjie Yap menjelaskan bahwa strategi transformasi go-to-market dan penguatan portofolio menjadi kunci peningkatan kinerja kuartalan. Perusahaan melakukan peluncuran ulang beberapa merek andalannya, seperti Clear, Sunlight, dan Royco, dengan pendekatan 6P (product, price, place, promotion, preposition, dan pack).
Selain itu, Unilever Indonesia juga menghadirkan inovasi produk di berbagai segmen, baik segmen value seperti Rinso kemasan Rp500, maupun segmen premium seperti Dove Pro-Ceramide dan Closeup White Now. Inovasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang beragam.
Investasi berkelanjutan dalam peningkatan belanja digital, perluasan distribusi dan perbaikan cakupan toko, serta eksekusi pasar yang lebih disiplin juga menjadi faktor pendukung peningkatan kinerja. Perusahaan juga berkomitmen untuk terus berfokus pada program pengaturan ulang biaya guna melindungi marjin laba kotor.
Dengan berbagai strategi yang telah dan akan terus diterapkan, Unilever Indonesia optimistis dapat memperbaiki kinerjanya dan mempertahankan kepercayaan investor. Pembagian dividen 100 persen pada tahun 2025 menjadi bukti nyata komitmen perusahaan terhadap pemegang saham.