Waisak 2025 di Borobudur: Perayaan Suci yang Gerakkan Ekonomi Lokal
Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur sukses menggerakkan perekonomian lokal, dengan peningkatan okupansi penginapan dan melibatkan lebih dari 2.000 UMKM.
Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur, Jawa Tengah, telah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat sekitar. PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, melalui anak usahanya InJourney Destination Management (IDM), berperan penting dalam mengelola dan memaksimalkan potensi ekonomi dari event tersebut. Hal ini terlihat dari tingginya okupansi penginapan, mulai dari homestay hingga hotel berbintang, serta keterlibatan ribuan UMKM lokal.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menyatakan bahwa penyelenggaraan Waisak 2025 telah berhasil meningkatkan okupansi penginapan di wilayah sekitar Borobudur. "InJourney berharap kehadiran Candi Borobudur mampu memberikan dampak positif yang signifikan perekonomian daerah. Ini merupakan inisiasi yang senantiasa ditekankan oleh InJourney, yakni bahwa setiap destinasi pariwisata yang ada harus mampu memberikan multiplier effect para perekonomian sekitar," ujar Maya dalam keterangan resminya.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi InJourney dalam melibatkan UMKM lokal. Lebih dari 2.000 UMKM, mulai dari sektor kuliner, kriya, hingga penyedia jasa pariwisata, merasakan dampak positif dari perayaan Waisak. Bahkan, sektor jasa wisata juga mengalami peningkatan signifikan, dengan 600 unit VW Safari aktif melayani wisatawan, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasa.
Dampak Positif bagi UMKM dan Masyarakat Sekitar
Keterlibatan UMKM dalam Waisak 2025 bukan hanya sekedar angka. Direktur InJourney Destination Management, Febrina Intan, menekankan fokus pada dampak sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. "Kami harus membangun ekosistem pariwisata yang sehat dan berkesinambungan, bukan yang mementingkan kepentingan pribadi," tegas Febrina. Hal ini terbukti dengan kesuksesan program yang melibatkan homestay lokal.
Ketua Paguyuban Kampung Homestay Borobudur, Muslih, melaporkan bahwa seluruh 152 kamar homestay di kampungnya telah terisi penuh satu bulan sebelum perayaan Waisak. Pemesanan kamar dimulai sejak Februari dan mencapai puncaknya pada April. Meskipun terdapat sekitar 200 calon tamu yang tidak mendapatkan kamar, mereka diarahkan ke homestay lain di wilayah Kecamatan Borobudur yang memiliki sekitar 400 unit dan 800-1.000 kamar.
Yang menarik, para pengelola homestay sepakat untuk tidak menaikkan tarif, tetap di angka Rp350.000 untuk kamar ber-AC dan Rp250.000 untuk kamar non-AC. Hal ini menunjukkan komitmen dalam menjaga keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan keberlanjutan pariwisata.
Peningkatan Permintaan dan Pelatihan Perajin Lokal
Dampak positif Waisak 2025 juga dirasakan oleh perajin lokal. Permintaan sandal upanat, misalnya, mengalami peningkatan signifikan. Ketua Paguyuban perajin sandal upanat, Muh Zamzani, mengungkapkan bahwa produksi upanat telah berhasil mendorong perekonomian lokal. Untuk memberdayakan masyarakat, IDM berkolaborasi dengan Balai Konservasi Borobudur mengadakan program pelatihan pembuatan sandal upanat bagi sejumlah perajin.
Tidak hanya UMKM, IDM juga melibatkan lebih dari 2.000 tenaga kerja lokal dalam berbagai aspek penyelenggaraan Waisak 2025, mulai dari logistik, penyambutan, pelayanan, hingga pengelolaan acara. Hal ini menunjukkan komitmen InJourney dalam menciptakan dampak ekonomi yang merata dan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar Candi Borobudur.
Secara keseluruhan, perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur telah membuktikan bahwa event keagamaan dapat menjadi penggerak ekonomi lokal yang signifikan. Strategi InJourney dalam melibatkan UMKM dan tenaga kerja lokal patut diapresiasi sebagai contoh keberhasilan dalam membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan berkeadilan.