Warga Pengadegan Keluhkan Minimnya Peringatan Dini Banjir
Banjir di Pengadegan, Jakarta Selatan, kembali terjadi karena minimnya sistem peringatan dini banjir yang dikeluhkan warga setempat.
Banjir kembali melanda wilayah Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Kejadian ini menyoroti kurangnya sistem peringatan dini banjir yang efektif, berdasarkan pengakuan sejumlah warga setempat. Ketiadaan sistem peringatan dini ini menyebabkan warga kesulitan mengantisipasi bencana dan mengakibatkan kerugian materiil dan emosional.
Menurut Kartini, warga RT 07/RW 01, informasi mengenai banjir hanya diperoleh dari ketua RT. Ia membandingkan situasi saat ini dengan tahun 2020, di mana alat peringatan dini berupa toa di Kantor Kelurahan Pengadegan masih berfungsi dengan baik. "Tak ada peringatan dini, informasi cuma dari pak RT," ungkap Kartini. "Tahun 2020 ada alatnya, kita bisa langsung ngungsi," tambahnya, menggambarkan perbedaan signifikan dalam kesiapsiagaan menghadapi banjir.
Minimnya sistem peringatan dini ini berdampak pada kesulitan warga dalam mengantisipasi banjir. Warga harus mengandalkan informasi dari berbagai sumber yang tidak selalu akurat dan tepat waktu, seperti televisi dan media sosial. Hal ini meningkatkan risiko kerugian dan kesulitan bagi warga yang terdampak.
Sistem Peringatan Dini yang Tidak Optimal
Kartini menyarankan agar sistem peringatan dini banjir diaktifkan kembali atau setidaknya informasi prakiraan banjir disebarluaskan hingga tingkat RT. Hal ini penting untuk memastikan informasi sampai kepada warga secara cepat dan akurat, sehingga mereka dapat melakukan langkah antisipasi.
Sementara itu, Eti, warga RT 06/RW 01, mengaku mendapatkan informasi prediksi banjir dari televisi dan media sosial. "Udah tahu akan banjir. Karena infonya Senin kemarin udah siaga satu di Bogor. Jadi, siap-siap aja," jelasnya. Meskipun demikian, ia tetap harus memastikan kebenaran informasi tersebut berulang kali sebelum banjir benar-benar terjadi.
Pengalaman Eti menunjukkan bahwa ketergantungan pada informasi dari media massa tidak selalu efektif dan dapat menimbulkan kecemasan bagi warga. Sistem peringatan dini yang terintegrasi dan handal sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu.
Banjir yang terjadi pada Selasa (4/3) pagi pukul 08.00 WIB, memaksa keluarga Eti mengungsi ke rumah tetangga. Ketinggian air mencapai 150 sentimeter di empat RT di Pengadegan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga pukul 13.00 WIB pada hari Rabu.
Kritik terhadap Pemprov DKI Jakarta
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, August Hamonangan, sebelumnya telah menerima laporan mengenai kerusakan alat peringatan dini banjir di Pengadegan. Ia mengkritik Pemprov DKI Jakarta atas ketidakmampuannya dalam memastikan alat tersebut berfungsi secara optimal.
Kejadian banjir di Pengadegan ini kembali menyoroti pentingnya sistem peringatan dini yang andal. Ketiadaan atau kerusakan sistem peringatan dini dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi warga dan menimbulkan kesulitan dalam upaya evakuasi dan penyelamatan.
Perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem peringatan dini banjir di Jakarta, termasuk perbaikan dan pemeliharaan alat-alat yang ada, serta penyebaran informasi yang lebih efektif hingga ke tingkat RT. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak negatif banjir dan meningkatkan kesiapsiagaan warga.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan literasi masyarakat mengenai mitigasi bencana banjir. Warga perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi banjir, termasuk cara evakuasi dan penyelamatan diri.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan upaya pencegahan dan mitigasi bencana, termasuk penyediaan sistem peringatan dini yang handal dan efektif.