BPOM Ajak Masyarakat Cek Tabel Gizi Sebelum Konsumsi Pangan Olahan
BPOM mendorong masyarakat Indonesia untuk rajin mengecek Informasi Nilai Gizi (ING) pada kemasan makanan guna mencegah penyakit akibat gaya hidup seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengimbau masyarakat Indonesia untuk lebih cermat dalam memilih makanan olahan dengan rajin memeriksa tabel Informasi Nilai Gizi (ING) yang tertera pada kemasan. Imbauan ini dilatarbelakangi oleh peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit kardiovaskular, dan diabetes yang berkaitan erat dengan pola konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL).
Direktur Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Dwiana Andayani, menjelaskan pergeseran pola penyakit di Indonesia. "Kalau dulu kita masih menangani penyakit infeksi seperti Tuberkulosis (TB), sekarang bergeser ke penyakit akibat gaya hidup seperti stroke, penyakit kardiovaskular, kejadian penyakit jantung di usia muda lebih tinggi," ungkap Dwiana dalam temu media di Jakarta.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan fakta mengkhawatirkan: 47,5 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari sekali sehari, 30,4 persen mengonsumsi makanan asin lebih dari sekali sehari, dan 96,7 persen kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membaca dan memahami informasi gizi pada kemasan produk.
Pahami Tabel Informasi Nilai Gizi (ING)
Dwiana menyayangkan kurangnya perhatian masyarakat terhadap tabel ING. Padahal, tabel tersebut sangat penting untuk membandingkan dan memilih makanan atau minuman berdasarkan kandungan gizinya. "Padahal tabel ING dapat kita gunakan untuk membandingkan dan memilih makanan atau minuman berdasarkan kandungan gizinya," ujar Dwiana. Ia mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan konsumsi makanan dengan rajin membaca tabel ING untuk mencegah penyakit seperti diabetes.
Masyarakat perlu memperhatikan takaran saji dan jumlah sajian per kemasan. Satu kemasan pangan bisa memiliki lebih dari satu takaran saji atau dikonsumsi lebih dari sekali makan. "Satu kemasan keripik kentang misalnya itu dapat dikonsumsi dalam dua waktu konsumsi atau dikonsumsi oleh dua orang dalam waktu yang sama," jelas Dwiana. Setelah itu, perhatikan kandungan gizi dan jumlah energi, pilihlah makanan atau minuman dengan kandungan energi sesuai kebutuhan.
Perhatikan pula kandungan zat gizi seperti garam, gula, dan lemak. Pilih produk dengan kandungan GGL yang lebih rendah. "Pilih produk dengan kandungan gula, garam dan lemak yang lebih rendah, pertimbangkan GGL dari sumber pangan yang lain," saran Dwiana. BPOM telah mengatur ketentuan label gizi untuk mendukung upaya penanggulangan risiko penyakit tidak menular, khususnya pengendalian konsumsi GGL melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 pasal nomor 194, 195 dan 200.
Strategi Pengendalian Konsumsi GGL
Strategi pengendalian konsumsi GGL yang tertuang dalam PP Nomor 28 Tahun 2024 meliputi penetapan pencantuman informasi nilai gizi, termasuk informasi kandungan GGL, pesan kesehatan, dan label gizi depan kemasan pada pangan olahan dan/atau pangan olahan siap saji. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih transparan kepada konsumen dan mendorong pilihan konsumsi yang lebih sehat.
Dengan memahami dan memanfaatkan informasi pada tabel ING, masyarakat dapat membuat pilihan konsumsi yang lebih bijak dan mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular. Membaca label gizi bukan sekadar kewajiban, tetapi investasi untuk kesehatan jangka panjang.
BPOM terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca label gizi. Melalui berbagai kampanye dan edukasi, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami informasi yang tersedia dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk hidup lebih sehat.