Skrining HPV: Pentingnya Deteksi Dini Meski Hanya Memiliki Satu Pasangan
Meskipun memiliki satu pasangan, skrining HPV tetap penting untuk deteksi dini kanker serviks, penyakit yang angka kejadiannya tinggi di Indonesia.
Jakarta, 22 April 2024 (ANTARA) - Dokter spesialis obstetri ginekologi konsultan onkologi RSK Dharmais, dr. Widyorini Lestari Hanafi Sp.OG(K)Onk, menekankan pentingnya skrining Human Papillomavirus (HPV) bagi seluruh wanita, termasuk mereka yang hanya memiliki satu pasangan atau pasangannya telah meninggal dunia. Hal ini disampaikan dalam diskusi mengenai kanker serviks di Jakarta, Selasa.
"Terjadinya infeksi virus hingga berkembang menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 15 tahun. Oleh karena itu, meskipun suami telah lama meninggal, skrining tetap penting karena infeksi HPV yang sudah ada sebelumnya dapat tetap berkembang menjadi kanker serviks," jelas dr. Wini, sapaan akrab beliau.
Beliau menambahkan bahwa hubungan seksual merupakan faktor risiko utama penularan virus HPV. Meskipun hanya memiliki satu pasangan, risiko tertular tetap ada, meskipun risiko tersebut lebih tinggi pada wanita dengan lebih dari satu pasangan seksual.
Mengenal Gejala dan Risiko Kanker Serviks
Dr. Wini menjelaskan bahwa perkembangan dari infeksi HPV menjadi kanker serviks membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 15 tahun. Gejala-gejala biasanya baru muncul pada stadium lanjut, ketika kanker telah berkembang. Gejala tersebut dapat berupa nyeri pinggul, perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan saat berhubungan seksual, dan keputihan.
"Gejala kanker serviks seringkali tidak terlihat pada stadium awal. Jika muncul gejala, biasanya sudah pada stadium berat. Perdarahan di luar siklus menstruasi atau saat berhubungan seksual merupakan indikasi yang perlu diwaspadai," tegas dr. Wini.
Berdasarkan data Globocan tahun 2022, kanker serviks menempati posisi ke-4 (6,9 persen) sebagai jenis kanker yang paling banyak terjadi pada wanita di dunia dan posisi ke-2 (17,8 persen) di Indonesia. Data WHO tahun 2019 juga menunjukkan angka kematian akibat kanker serviks sebanyak 311.000 wanita pada tahun 2018, atau satu wanita meninggal setiap 2 menit.
Deteksi Dini dengan Tes HPV DNA
Untuk mengurangi angka kematian akibat kanker serviks, dr. Wini mendorong setiap wanita untuk melakukan skrining deteksi dini virus HPV melalui tes HPV DNA. Saat ini, tes HPV DNA sudah dapat dilakukan secara mandiri, sebuah metode yang tengah dikembangkan oleh RS Kanker Dharmais bekerja sama dengan Pusat Kanker dari Amerika.
"Pengambilan sampel untuk tes HPV DNA dapat dilakukan sendiri, mengurangi rasa malu yang seringkali menjadi kendala. Tes mandiri ini memiliki sensitivitas 90 persen. Hasil negatif menunjukkan tidak adanya virus, dan tes dapat diulang setelah 10 tahun," jelas dr. Wini.
Dr. Wini berharap program *pilot project* ini dapat meningkatkan cakupan skrining HPV, mengingat rasa malu masih menjadi hambatan bagi banyak wanita, terutama di negara berkembang, untuk melakukan tes HPV.
Kesimpulannya, skrining HPV sangat penting dilakukan secara rutin, terlepas dari jumlah pasangan seksual. Deteksi dini melalui tes HPV DNA dapat membantu mencegah dan mengurangi angka kematian akibat kanker serviks.