Teknologi Nuklir: Deteksi Kanker Lebih Dini dan Akurat
Teknologi nuklir, khususnya radiofarmaka seperti FDG dalam PET Scan, membantu deteksi dini kanker secara akurat dan aman dengan dosis radiasi terukur, meskipun perkembangannya di Indonesia masih tertinggal.
Jakarta, 14 Februari 2024 - Dunia kedokteran Indonesia kini dihadapkan pada solusi inovatif dalam perang melawan kanker: teknologi nuklir. Penggunaan radioisotop dan radiofarmaka terbukti mampu mendeteksi kanker lebih dini dan akurat, meningkatkan peluang keberhasilan terapi. Ini menjadi kabar baik bagi pasien dan sistem kesehatan nasional.
Deteksi Dini Kanker dengan Teknologi Nuklir
Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB, menjelaskan bahwa teknologi nuklir memanfaatkan energi atau bahan dari reaksi nuklir untuk aplikasi medis. Salah satu penerapannya yang paling signifikan adalah penggunaan radiofarmaka dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati kanker.
Radiofarmaka, senyawa kimia dengan inti atom radioaktif, berperan penting dalam teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). Salah satu contohnya adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG), analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18. FDG ini sangat efektif karena sel kanker, dengan metabolisme yang tinggi, menyerapnya lebih banyak daripada sel normal.
PET Scan: Akurasi Tinggi dalam Mendeteksi Kanker
Dengan kemampuan menyerap FDG yang lebih tinggi pada sel kanker, PET Scan mampu memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Dr. Yustia menambahkan bahwa prosedur ini aman karena dosis radiasi yang digunakan terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien. Keunggulan akurasi PET Scan ini sangat penting dalam mendeteksi kanker pada tahap awal, saat pengobatan masih memiliki peluang keberhasilan yang tinggi.
Keamanan prosedur PET Scan dijamin dengan penerapan tiga prinsip dasar keselamatan radiasi: justifikasi (manfaat lebih besar dari risiko), optimisasi (dosis terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik), dan pemantauan (pencatatan dosis radiasi ketat). Meskipun menggunakan bahan radioaktif, pengawasan ketat dan dosis terukur memastikan keamanan pasien.
Tantangan dan Harapan Pengembangan Teknologi Nuklir di Indonesia
Meskipun teknologi ini menjanjikan, perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara maju di Asia. Hal ini menjadi tantangan dalam menyediakan akses yang merata terhadap teknologi deteksi kanker yang akurat dan tepat waktu. Namun, PT Kalbe Farma Tbk menunjukkan komitmennya untuk mengatasi hal ini dengan membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, termasuk F18-FDG. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau.
Inovasi ini membuka jalan bagi deteksi dini kanker yang lebih efektif di Indonesia. Dengan teknologi yang semakin maju dan komitmen dari berbagai pihak, harapan untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker di Indonesia semakin besar. Peningkatan akses terhadap teknologi seperti PET Scan akan memberikan kesempatan lebih baik bagi pasien untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat dan cepat.
Kesimpulan
Teknologi nuklir, khususnya penggunaan radiofarmaka dalam PET Scan, menawarkan solusi inovatif untuk deteksi dini kanker yang lebih akurat dan aman. Meskipun masih ada tantangan dalam pengembangannya di Indonesia, komitmen dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta, menunjukkan harapan yang besar untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.