120 Tahun Injil Masuk Papua Selatan: Momentum Refleksi Diri dan Iman
Peringatan 120 tahun Injil masuk Papua Selatan menjadi ajang refleksi mendalam bagi masyarakat dan gereja, menyoroti tantangan modernisasi terhadap pertumbuhan iman dan keluarga.

Peringatan 120 tahun masuknya Injil sekaligus Gereja Katolik di Papua Selatan baru-baru ini menjadi sorotan utama. Acara penting ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk pejabat tinggi daerah.
Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, dalam pidatonya menegaskan bahwa momen bersejarah ini harus dimanfaatkan sebagai kesempatan berharga. Ia mengajak seluruh masyarakat setempat untuk merefleksikan diri secara mendalam terkait perkembangan iman dan peran gereja di tengah kehidupan modern.
Peringatan yang berlangsung di Papua Selatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah ajakan untuk mengevaluasi prioritas hidup. Gubernur Safanpo secara khusus menyoroti bagaimana modernisasi telah menggeser fokus dari hal-hal esensial seperti keluarga dan spiritualitas.
Prioritas Hidup di Tengah Modernisasi
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Apolo Safanpo secara jujur mengakui adanya pergeseran prioritas dalam kehidupan masyarakat saat ini. Ia menyoroti bahwa anak, komunitas, gereja, dan pertumbuhan iman seringkali tidak lagi menjadi hal yang paling utama.
Gubernur menjelaskan bahwa waktu terbaik selama 24 jam kini tidak lagi sepenuhnya diberikan kepada keluarga. Sebaliknya, sebagian besar waktu dihabiskan untuk mengejar target pekerjaan dan memenuhi batas akhir proyek yang dipercayakan.
Kondisi ini, menurut Safanpo, menciptakan pola hidup di mana individu cenderung langsung memeriksa pesan WhatsApp atau menonton konten media sosial begitu bangun tidur. Kebiasaan ini menggeser waktu yang seharusnya dialokasikan untuk berdoa atau berkontemplasi.
Modernisasi telah mengambil alih ruang dan waktu yang sebelumnya didedikasikan untuk aktivitas spiritual. Hal ini memaksa setiap individu untuk terus-menerus berpacu dalam irama kerja tanpa henti.
Mengembalikan Esensi Iman dan Keluarga
Menyikapi fenomena tersebut, Gubernur Safanpo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali menempatkan spiritualitas sebagai fondasi. Ia menekankan pentingnya kembali memainkan partisipasi dalam irama ilahi yang diajarkan oleh gereja.
Hal ini dapat diwujudkan melalui doa, ibadah, liturgi, dan kontemplasi yang lebih mendalam. Momen peringatan 120 tahun Injil masuk Papua Selatan ini diharapkan menjadi titik balik bagi masyarakat.
Di era modernisasi yang serba cepat ini, Gubernur Safanpo menyerukan agar masyarakat kembali menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran. Prioritas harus diberikan pada hal-hal yang diakui dan diyakini penting dalam kehidupan.
Aspek-aspek krusial tersebut meliputi perhatian terhadap anak, keluarga, komunitas, dan yang terpenting, pertumbuhan iman. Dengan demikian, keseimbangan hidup dapat tercapai di tengah tuntutan zaman.