353 Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Kaltim, Waspada!
Dinas Kesehatan Kaltim mencatat 353 kasus gigitan hewan penular rabies hingga Januari 2025, dengan upaya pencegahan yang terus ditingkatkan melalui vaksinasi dan edukasi masyarakat.

Samarinda, Kalimantan Timur - Angka gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Kalimantan Timur (Kaltim) cukup mengkhawatirkan. Hingga Januari 2025, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) mencatat sebanyak 353 kasus gigitan hewan yang berpotensi menularkan penyakit mematikan ini. Hal ini menjadi sorotan penting dan membutuhkan kewaspadaan ekstra dari seluruh masyarakat Kaltim.
Kasus Gigitan dan Penanganan Medis
Dari 353 kasus GHPR tersebut, sebanyak 328 kasus telah mendapatkan penanganan berupa Vaksin Anti Rabies (VAR). Penanganan cepat ini sangat krusial dalam mencegah penyebaran virus rabies. Sementara itu, lima kasus lainnya memerlukan penanganan lebih intensif dengan pemberian Serum Anti Rabies (SAR) karena tingkat keparahan luka gigitan yang dialami korban.
Meskipun hanya satu kasus positif rabies pada hewan tercatat, Dinkes Kaltim tetap meningkatkan kewaspadaan. Hal ini mengingat potensi penyebaran penyakit yang sangat cepat dan mematikan. Wilayah dengan catatan kasus tertinggi antara lain Balikpapan (107 kasus), Samarinda (61 kasus), Kutai Kartanegara (22 kasus), dan Kutai Timur (34 kasus). Angka ini menunjukkan perlu adanya fokus penanganan di daerah-daerah tersebut.
Upaya Pencegahan dan Edukasi
Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, menekankan pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. "Kami terus berupaya meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya rabies serta cara pencegahannya," ujar Jaya. Edukasi publik ini meliputi langkah-langkah pencegahan, penanganan pertama pada luka gigitan, dan pentingnya vaksinasi.
Selain edukasi, Dinkes Kaltim juga gencar melakukan berbagai upaya pencegahan. Salah satunya adalah dengan menyediakan vaksin anti rabies di seluruh fasilitas kesehatan. Ketersediaan vaksin ini memastikan akses mudah bagi masyarakat yang membutuhkan penanganan medis setelah gigitan hewan.
Peran Masyarakat dan Kewaspadaan
Jaya Mualimin juga mengimbau masyarakat untuk segera mendapatkan penanganan medis jika terkena gigitan hewan. "Masyarakat harus waspada terhadap GHPR dan segera mencuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun minimal 15 menit. Setelah itu, segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," katanya. Kecepatan penanganan sangat penting untuk meminimalisir risiko infeksi virus rabies.
Tidak hanya itu, masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membiarkan hewan peliharaan berkeliaran bebas. Hewan peliharaan yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penularan rabies. Selain itu, vaksinasi rutin pada hewan peliharaan juga sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Kerja Sama Antar Instansi
Dinkes Kaltim juga bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kader Siaga Rabies (Kasira) dalam melakukan pengawasan terhadap hewan penular rabies, seperti anjing, kera, dan kucing. Kerja sama ini sangat penting untuk memastikan upaya pencegahan dan pengendalian rabies dilakukan secara terintegrasi dan efektif.
Vaksinasi rutin pada hewan peliharaan juga menjadi bagian penting dari strategi pencegahan. "Kami juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki hewan peliharaan untuk divaksinasi rabies secara rutin. Vaksinasi ini penting untuk melindungi hewan peliharaan dan juga manusia dari penyakit rabies," tambah Jaya.
Kesimpulan
Kasus gigitan hewan penular rabies di Kaltim menunjukkan perlunya kewaspadaan dan upaya pencegahan yang berkelanjutan. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai instansi terkait, diharapkan kasus rabies dapat ditekan dan risiko penularan dapat diminimalisir. Pentingnya edukasi, akses mudah terhadap vaksin, dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah ini.