5,3 Juta Orang Ikuti Cek Kesehatan Gratis, Menkes Ungkap Tantangan dan Solusi
Menteri Kesehatan RI melaporkan 5,3 juta orang telah mengikuti Cek Kesehatan Gratis (CKG), namun masih ada tantangan dalam cakupan dan tindak lanjut, terutama di daerah padat penduduk dan ketersediaan dokter gigi.

Jakarta, 14 Mei 2024 - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan bahwa program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah diikuti oleh 5,3 juta orang. Angka ini didapat dari layanan 187 ribu orang per hari, dan diperkirakan akan meningkat pesat setelah program CKG untuk anak sekolah dimulai pada Juli mendatang. Program ini menjawab pertanyaan apa (layanan kesehatan gratis), siapa (5,3 juta orang dan terus bertambah), di mana (seluruh Indonesia), kapan (berlangsung saat ini dan akan diperluas), mengapa (untuk deteksi dini penyakit), dan bagaimana (melalui pemeriksaan kesehatan).
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, menyampaikan penambahan 4 juta peserta CKG hanya dalam satu bulan. Namun, beliau juga menyoroti tantangan yang dihadapi. "Jawa Barat provinsi paling banyak (orangnya), tetapi dia nomor 3, kalah sama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi memang ini tantangan nomor 1. Ini sangat tergantung dari leadership dari kepala daerah," ungkap Menkes Budi.
Untuk mengatasi rendahnya cakupan CKG di daerah padat penduduk seperti Jawa Barat, Menkes Budi telah mengkomunikasikan hal ini kepada Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan seluruh gubernur. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan pemerataan akses layanan kesehatan.
Tantangan dan Solusi Program CKG
Selain rendahnya cakupan di beberapa daerah, tantangan lain yang dihadapi adalah tindak lanjut setelah pemeriksaan kesehatan. Menkes Budi mencontohkan kasus banyaknya anak balita dan prasekolah yang menderita sakit gigi, namun minimnya jumlah dokter gigi yang tersedia untuk menangani masalah tersebut. Ini menunjukkan pentingnya peningkatan infrastruktur kesehatan dan tenaga medis.
CKG juga mengungkap beberapa masalah kesehatan yang umum ditemukan. Pada bayi baru lahir, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah berat lahir rendah dan penyakit jantung bawaan kritis. Sementara pada lansia, hipertensi menjadi masalah kesehatan yang dominan. "Jadi sekarang di satu sisi bagus ketahuan kita bisa preventif, secara serius, tetapi kemudiannya mesti ada edukasinya. Nanti mesti mau minum obatnya, karena orang-orang seperti ini kalau kita bisa tangani dia sekarang, insya Allah nggak kena stroke, nggak kena (sakit) jantung. Nggak kena ginjal. Dan hidupnya 74 tahun," jelas Menkes Budi.
Edukasi kesehatan juga menjadi fokus utama. Menkes Budi mencontohkan edukasi mengenai lingkar perut ideal, karena orang dengan lingkar perut di atas batas normal memiliki risiko hipertensi dua kali lipat. Pendekatan edukatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan.
Pengembangan Program CKG ke Sekolah dan Pesantren
Kemenkes juga telah memulai proyek percontohan CKG di sejumlah sekolah. "Jadi selain 10 ribu puskesmas, kita akan jalankan di 200 ribuan sekolah dan pesantren, pesantren itu 40 ribu ya? Jadi semua pesantren dan sekolah akan kita jalankan cek kesehatan bagi peserta sekolah ini," kata Menkes Budi. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjangkau lebih banyak masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja.
Program CKG diharapkan dapat mendeteksi dini berbagai penyakit, sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan yang tepat waktu. Dengan adanya kolaborasi antar kementerian dan pemerintah daerah, serta dukungan dari masyarakat, program ini berpotensi besar untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Keberhasilan program CKG tidak hanya bergantung pada jumlah peserta, tetapi juga pada efektivitas tindak lanjut dan edukasi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan program ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat Indonesia.