Angin Kencang NTB: Bibit Siklon Tropis dan Gelombang Atmosfer Aktif
Tiga bibit siklon tropis dan gelombang atmosfer aktif di Samudra Hindia memicu angin kencang di NTB hingga 6 Februari 2025, berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi.

Angin kencang menerjang Nusa Tenggara Barat (NTB) akibat aktifnya tiga bibit siklon tropis dan gelombang atmosfer, ungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin, 3 Februari 2025.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, Satria Topan Primadi, menjelaskan pola angin di NTB umumnya bertiup dari barat hingga utara dengan kecepatan 5 hingga 40 knot. Kecepatan angin yang signifikan ini menjadi pemicu utama munculnya angin kencang di wilayah tersebut.
BMKG mendeteksi keberadaan bibit siklon tropis 96P di utara Australia, 90S di selatan NTB, dan 99S di selatan Banten. Selain itu, aktivitas gelombang atmosfer di NTB juga ikut berkontribusi terhadap kondisi cuaca ekstrem ini. Ketiga bibit siklon tropis dan gelombang atmosfer ini secara sinergis meningkatkan potensi terjadinya angin kencang di wilayah tersebut.
Prakiraan cuaca BMKG menyebutkan potensi angin kencang dan hujan sedang hingga lebat disertai petir di NTB akan berlangsung hingga 6 Februari 2025. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem ini.
Akibat angin kencang, gelombang laut di perairan selatan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa diperkirakan mencapai ketinggian 2,5 hingga 4 meter. Kondisi ini berpotensi membahayakan aktivitas pelayaran dan nelayan di sekitar perairan tersebut. BMKG memperingatkan masyarakat untuk selalu memperhatikan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan.
Satria menambahkan, gelombang laut kategori sedang hingga tinggi dengan ketinggian lebih dari 2 meter berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah NTB. Kondisi ini perlu diwaspadai oleh masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pesisir pantai.
BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati dalam beraktivitas di luar rumah. Cuaca ekstrem ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, berkurangnya jarak pandang, pohon tumbang, dan baliho roboh.
Kesimpulannya, kondisi cuaca ekstrem di NTB akibat interaksi bibit siklon tropis dan gelombang atmosfer aktif membutuhkan kewaspadaan tinggi dari masyarakat. Penting untuk selalu mengikuti informasi dan peringatan dini cuaca dari BMKG agar dapat mengantisipasi potensi dampak negatifnya.