ASEAN Pacu Integrasi Perdagangan Barang: Perundingan ATIGA Capai 89 Persen
Para menteri ekonomi ASEAN mendorong percepatan penyelesaian perundingan peningkatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA), yang kini telah mencapai kemajuan 89 persen.
![ASEAN Pacu Integrasi Perdagangan Barang: Perundingan ATIGA Capai 89 Persen](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/220052.974-asean-pacu-integrasi-perdagangan-barang-perundingan-atiga-capai-89-persen-1.jpeg)
Para menteri ekonomi ASEAN, dalam pertemuan daring Jumat (7/2), bertekad mempercepat integrasi perdagangan barang di kawasan. Pertemuan yang dipimpin Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Gan Kim Yong, ini fokus pada peningkatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA).
Percepatan Perundingan ATIGA
Delegasi Indonesia, dipimpin Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti, menyatakan dukungan penuh terhadap percepatan perundingan. "Kami mengharapkan seluruh pihak yang terlibat dapat mengintensifkan pertemuan agar perundingan selesai sesuai target," ujar Roro Esti, menekankan pentingnya dukungan terhadap Priority Economic Deliverables (PED) Keketuaan Malaysia tahun ini. Laporan dari Komite Perunding Perdagangan (TNC) menunjukkan kemajuan signifikan, dengan 10 dari 17 bab baru telah disepakati, mencapai 89 persen penyelesaian.
Indonesia, menurut Roro, siap mendukung usulan landing zone untuk mempercepat proses. Lebih lanjut, Indonesia mengusulkan liberalisasi wajib bagi negara-negara ASEAN yang belum mencapai rata-rata komitmen liberalisasi dalam ATIGA. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lapangan bermain yang lebih adil dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di seluruh kawasan.
Modernisasi ATIGA untuk Era Global
Peningkatan ATIGA bukan hanya sekadar revisi, tetapi juga modernisasi agar relevan dengan dinamika regional dan global. Perjanjian yang diperbarui diharapkan mampu menghadapi tantangan ekonomi terkini dan menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih kompetitif dan efisien. Ini sejalan dengan upaya ASEAN untuk memperkuat daya saing ekonomi regional di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Perlindungan Komoditas Strategis
Pertemuan juga menghasilkan kesepakatan khusus mengenai beras dan gula sebagai komoditas pangan strategis. "Pengaturan terkait beras dan gula tetap menjadi bagian dari peningkatan ATIGA," jelas Roro Esti. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga domestik, memberikan jaring pengaman (safety net) bagi negara-negara anggota ASEAN.
Kesepakatan ini menunjukkan komitmen ASEAN untuk menyeimbangkan integrasi ekonomi dengan perlindungan kepentingan nasional, khususnya dalam hal ketahanan pangan. Dengan tetap mempertimbangkan kepentingan domestik, ASEAN berupaya menciptakan sistem perdagangan yang adil dan berkelanjutan.
Langkah Maju untuk Integrasi Ekonomi ASEAN
Pertemuan para menteri ekonomi ASEAN ini menandai langkah maju signifikan dalam upaya meningkatkan integrasi ekonomi regional. Percepatan perundingan ATIGA menunjukkan komitmen kuat dari negara-negara anggota untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kemajuan yang dicapai sejauh ini menunjukkan optimisme bahwa perjanjian yang diperbarui akan segera terwujud, memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat ASEAN.
Dengan penyelesaian perundingan ATIGA, diharapkan akan terjadi peningkatan perdagangan barang di kawasan ASEAN, menciptakan peluang bisnis baru, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Perhatian khusus pada komoditas strategis seperti beras dan gula juga menunjukkan keseimbangan antara integrasi ekonomi dan perlindungan kepentingan nasional.
Kesimpulan
Pertemuan para menteri ekonomi ASEAN menghasilkan komitmen kuat untuk mempercepat perundingan peningkatan ATIGA. Kemajuan yang signifikan, mencapai 89 persen, menandakan optimisme terhadap terwujudnya perjanjian yang lebih modern dan responsif terhadap dinamika global. Kesepakatan khusus untuk komoditas strategis menunjukkan keseimbangan antara integrasi ekonomi dan perlindungan kepentingan nasional, menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kawasan ASEAN.