ASEAN Plus 3 Waspadai Proteksionisme Pasca Kenaikan Tarif Impor AS
Para menteri keuangan ASEAN Plus 3 memperingatkan dampak negatif proteksionisme perdagangan global setelah AS menaikkan tarif impor, mengancam stabilitas ekonomi regional.

Milan, 5 Mei 2019 - Pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN Plus Tiga (ASEAN + Jepang, China, dan Korea Selatan) di Milan, Italia, menghasilkan peringatan serius terkait potensi dampak ekonomi global dari kebijakan proteksionis, khususnya menyusul pengumuman kenaikan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. Pertemuan yang berlangsung di sela-sela pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) ini menghasilkan pernyataan bersama yang menekankan keprihatinan tersebut.
Dalam pernyataan tersebut, mereka menyatakan bahwa meningkatnya proteksionisme perdagangan membebani perdagangan global, berujung pada fragmentasi ekonomi yang berdampak pada perdagangan, investasi, dan arus modal di kawasan tersebut. Pernyataan ini tidak secara spesifik menyebut Amerika Serikat, namun secara jelas mengacu pada kebijakan tarif impor AS yang baru-baru ini diumumkan.
Keputusan Trump menaikkan tarif impor, termasuk tarif 'timbal balik' yang diumumkan pada awal April, menjadi sorotan utama. Kebijakan ini berpotensi memberikan pukulan keras bagi banyak ekonomi Asia yang sangat bergantung pada ekspor. Beberapa negara ASEAN, seperti Kamboja dan Vietnam, menghadapi pungutan AS yang signifikan, masing-masing sebesar 49 persen dan 46 persen, meskipun Trump kemudian memberikan penundaan selama 90 hari untuk sebagian besar negara, kecuali China. Jepang juga terkena dampak dengan tarif 24 persen untuk impornya.
Dampak Proteksionisme terhadap Ekonomi Regional
Kenaikan tarif impor AS menimbulkan ketidakpastian yang signifikan bagi perekonomian global. Para kepala keuangan ASEAN Plus Tiga mengakui hal ini dan menyerukan peningkatan persatuan dan kerja sama regional untuk menghadapi tantangan tersebut. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah meningkatnya proteksionisme.
Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato, dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, menegaskan kembali pentingnya kolaborasi untuk mencapai stabilitas ekonomi. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran bersama negara-negara anggota ASEAN Plus Tiga terhadap potensi dampak negatif kebijakan proteksionis AS terhadap perekonomian regional.
Selain membahas dampak proteksionisme, para kepala keuangan juga membahas upaya untuk memperkuat kerja sama ekonomi regional. Salah satu poin penting yang disepakati adalah pembaruan Prakarsa Multilateralisasi Chiang Mai (CMIM). CMIM, yang diluncurkan pasca krisis keuangan Asia 1997, bertujuan menyediakan likuiditas darurat. Pembaruan ini akan memperluas cakupan CMIM untuk mencakup pandemi dan bencana alam.
Pentingnya Sistem Perdagangan Multilateral
ASEAN Plus Tiga menegaskan kembali komitmen mereka terhadap sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan, bebas, adil, dan transparan. Hal ini menunjukkan tekad mereka untuk mempertahankan sistem perdagangan internasional yang terbuka dan menghindari fragmentasi ekonomi yang dapat dipicu oleh proteksionisme.
Pertemuan ini menyoroti pentingnya kerja sama regional dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Dengan meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan proteksionis, negara-negara ASEAN Plus Tiga sepakat untuk memperkuat kerja sama dan kolaborasi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Anggota ASEAN yang terlibat dalam pertemuan ini meliputi Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Mereka bersama Jepang, China, dan Korea Selatan, membentuk blok ekonomi regional yang signifikan dan memiliki kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas ekonomi global.
Kesimpulannya, pertemuan ASEAN Plus Tiga di Milan memberikan sinyal kuat tentang kekhawatiran bersama terhadap dampak proteksionisme global. Komitmen untuk memperkuat kerja sama regional dan mempertahankan sistem perdagangan multilateral menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonomi di kawasan.