Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Diproyeksi 4,2 Persen di 2025
AMRO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3 sebesar 4,2 persen di tahun 2025, meskipun ada potensi pelemahan akibat peningkatan ketegangan perdagangan dan kebijakan AS.
![Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Diproyeksi 4,2 Persen di 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/22/010026.387-pertumbuhan-ekonomi-asean3-diproyeksi-42-persen-di-2025-1.jpg)
Pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 diproyeksikan mencapai 4,2 persen pada tahun 2025, menurut Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO). Proyeksi ini disampaikan di Jakarta pada Selasa, 22 Januari, meskipun AMRO mengakui adanya peningkatan hambatan, terutama dari meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Salah satu faktor penghambat utama adalah meningkatnya ketegangan perdagangan, khususnya dampak penerapan tarif lebih tinggi oleh Amerika Serikat. Hal ini berpotensi melemahkan permintaan eksternal di kawasan ASEAN+3 dan dunia. Kepala Ekonom AMRO, Hoe Ee Khor, menjelaskan bahwa dampaknya akan signifikan terhadap perekonomian global. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi regional tetap optimis.
Permintaan domestik yang kuat dan pertumbuhan ekspor diharapkan dapat menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi regional. AMRO yakin kawasan ASEAN+3 berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan tahunan 4,2 persen di tahun 2024, sesuai proyeksi Oktober 2024. Inflasi umum juga melambat menjadi 1,7 persen, kembali ke level pra-pandemi, berkat penurunan harga energi dan transportasi global.
Proyeksi pertumbuhan 4,2 persen untuk tahun 2025 sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya (4,4 persen). Penurunan ini mempertimbangkan asumsi baru terkait penerapan tarif lebih tinggi oleh AS terhadap Tiongkok pada paruh kedua 2025. Dampaknya diperkirakan akan lebih terasa di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, yang diproyeksikan tumbuh 4 persen pada 2025. Sementara itu, perekonomian ASEAN diperkirakan kurang terpengaruh, dengan proyeksi pertumbuhan 4,8 persen.
Tekanan inflasi di kawasan ASEAN+3 diprediksi terkendali. Inflasi (tidak termasuk Laos dan Myanmar) diperkirakan naik menjadi 2,1 persen pada 2025, didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan penyesuaian sisi penawaran. Namun, risiko inflasi tetap ada, terutama dari potensi lonjakan harga komoditas global dan cuaca buruk. Ketidakpastian global tetap menjadi perhatian utama.
Ketidakpastian global, khususnya peningkatan ketegangan perdagangan dan perubahan kebijakan moneter AS, masih menjadi tantangan. Kondisi pasar tenaga kerja AS yang ketat dan inflasi inti yang menguat menimbulkan kekhawatiran akan tekanan inflasi berkelanjutan dan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Kondisi ini berdampak besar bagi perekonomian global.
Banyak bank sentral regional telah mulai melonggarkan kebijakan moneter seiring penurunan tekanan inflasi. Namun, revisi atas ekspektasi suku bunga AS dapat memperlebar perbedaan suku bunga antara AS dan regional, menyulitkan pelaksanaan kebijakan moneter negara-negara ASEAN+3. Kebijakan pemerintahan baru AS, seperti tarif tinggi dan pemotongan pajak, juga meningkatkan risiko inflasi dan memperketat kondisi keuangan eksternal di kawasan tersebut. Hal ini menjadi perhatian khusus para ekonom.