Banjir dan Longsor di Jabar Terjang 1.300 KK, Ratusan Warga Mengungsi
Banjir dan longsor di tiga kabupaten Jawa Barat mengakibatkan 1.300 KK terdampak, ratusan warga mengungsi, dan sejumlah fasilitas umum rusak.

Banjir dan tanah longsor yang melanda tiga kabupaten di Jawa Barat antara tanggal 14 hingga 16 Mei 2025 telah mengakibatkan dampak signifikan terhadap 1.300 kepala keluarga (KK). Bencana ini terjadi di Kabupaten Bandung, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Bandung Barat, disebabkan oleh hujan deras yang memicu meluapnya sungai dan longsornya tanah. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi dan sejumlah fasilitas umum mengalami kerusakan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, memberikan keterangan resmi terkait bencana ini pada Sabtu, 17 Mei 2025. Beliau menjelaskan rincian dampak bencana di setiap kabupaten, termasuk jumlah KK yang terdampak, jumlah pengungsi, dan kerusakan fasilitas umum. Pernyataan resmi ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai situasi darurat yang terjadi di Jawa Barat.
Respons cepat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiga kabupaten tersebut sangat krusial dalam penanganan bencana ini. BPBD bersama tim gabungan dan warga setempat bahu-membahu melakukan evakuasi, pendistribusian bantuan logistik, serta upaya pemulihan pasca bencana. Kecepatan dan koordinasi dalam penanganan bencana menjadi kunci untuk meminimalisir dampak yang lebih luas.
Banjir di Kabupaten Bandung dan Majalengka
Di Kabupaten Bandung, banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Citarum, Cikapundung, Cigede, dan Cipalasari. Empat desa terdampak, yaitu Desa Bojongsoang dan Bojongsari di Kecamatan Bojongsoang, Desa Lagadar di Kecamatan Margaasih, serta Desa Panyadap di Kecamatan Solokan Jeruk. "Banjir dengan ketinggian air mencapai 80 centimeter berdampak terhadap 187 kepala keluarga. Tidak ada laporan korban jiwa maupun kerusakan rumah," kata Abdul Muhari.
Sementara itu, di Kabupaten Majalengka, banjir terjadi akibat luapan Sungai Cikasarung dan Ciputis. Lima desa terdampak, yaitu Desa Liangjulang, Kadipaten, dan Heuleut di Kecamatan Kadipaten, serta Desa Dawuan dan Leuwikidang. "Sebanyak 1.092 kepala keluarga terdampak, dan 40 di antaranya mengungsi. Banjir sudah mulai surut, namun evakuasi dan kaji cepat masih berlangsung," jelas Abdul Muhari.
BPBD Kabupaten Bandung dan Majalengka terus melakukan upaya pembersihan material lumpur dan penanganan pasca banjir. Proses evakuasi dan pendistribusian bantuan logistik kepada warga terdampak juga masih berlangsung.
Longsor di Kabupaten Bandung Barat
Di Kabupaten Bandung Barat, bencana tanah longsor terjadi pada Rabu, 14 Mei 2025, di sembilan desa di Kecamatan Lembang. Bencana ini mengakibatkan satu orang luka berat dan 10 orang luka ringan. "Sebanyak 25 rumah terdampak langsung dan 32 rumah lainnya terancam longsor. Tiga fasilitas umum juga dilaporkan rusak," ungkap Abdul Muhari.
BPBD Bandung Barat telah mengevakuasi 38 KK atau 131 jiwa ke tiga titik pengungsian. Bantuan logistik didistribusikan kepada para pengungsi, dan penanganan korban luka terus dilakukan. Upaya penutupan tebing longsor dan relokasi rumah di zona rawan juga sedang dilakukan.
Selain itu, upaya pencegahan longsor lebih lanjut juga menjadi fokus utama. Hal ini untuk memastikan keselamatan warga dan mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang.
Imbauan BNPB dan Peringatan Dini BMKG
BNPB mengimbau masyarakat Jawa Barat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi, terutama di wilayah perbukitan dan bantaran sungai selama musim hujan masih berlangsung. Imbauan ini sejalan dengan peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memprakirakan hujan deras hingga sangat deras di Jawa Barat setidaknya sampai 19 Mei 2025.
Kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi faktor penting dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca dan peringatan dini dari BMKG serta mengikuti arahan dari BPBD setempat.
Penanganan bencana ini melibatkan berbagai pihak, termasuk BNPB, BPBD di tiga kabupaten terdampak, tim gabungan, dan masyarakat setempat. Kerja sama dan koordinasi yang baik menjadi kunci keberhasilan dalam penanggulangan bencana dan pemulihan pasca bencana.