Banjir Jabodetabek 2024: Kerugian Mencapai Rp1,69 Triliun!
Banjir bandang yang melanda Jabodetabek awal Maret 2024 mengakibatkan kerugian ekonomi dan sosial lebih dari Rp1,69 triliun, berdasarkan data BNPB.

Banjir bandang yang melanda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada awal Maret 2024 telah menimbulkan kerugian sosial-ekonomi yang sangat besar, mencapai lebih dari Rp1,69 triliun. Bencana ini terjadi pada Minggu (2/3) dan Senin (3/3), mengakibatkan kerusakan infrastruktur, mengganggu perekonomian, dan menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. BNPB, sebagai badan penanggulangan bencana nasional, telah merilis data rinci terkait kerugian tersebut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan dalam keterangan resminya bahwa total kerugian mencapai Rp1.699.670.076.814. Angka ini merupakan hasil rekapitulasi data yang diterima BNPB dalam rapat koordinasi tingkat menteri. Kerugian tersebut meliputi kerusakan infrastruktur, kerugian ekonomi, dan dampak sosial yang signifikan bagi masyarakat terdampak banjir.
Pembahasan mengenai penanganan dan pengurangan risiko bencana banjir jangka pendek hingga menengah dilakukan dalam rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Rapat ini menekankan pentingnya upaya mitigasi bencana dan pencegahan di masa mendatang untuk meminimalisir kerugian yang serupa.
Kerugian Terbesar di Kabupaten dan Kota Bekasi
Data BNPB menunjukkan Kabupaten Bekasi mengalami kerugian terbesar, mencapai Rp680 miliar (Rp659,1 miliar kerusakan dan Rp20,9 miliar kerugian). Kota Bekasi mencatat kerugian tertinggi tanpa kerusakan fisik, yaitu Rp878,6 miliar. Kerugian di daerah lain relatif lebih kecil, dengan Provinsi Jakarta mencatat Rp1,92 miliar, Kabupaten Bogor Rp96,7 miliar, dan Kota Depok Rp28,8 miliar. Kabupaten Tangerang mencatat kerugian Rp5,06 miliar tanpa kerusakan fisik, sementara Kota Tangerang dan Tangerang Selatan tidak melaporkan kerugian signifikan.
Kerusakan rumah dan kehilangan barang-barang berharga menjadi penyebab utama kerugian sektor perumahan, yang mencapai Rp1.344.732.352.500. Kerusakan infrastruktur mencapai Rp45,880 miliar, sementara gangguan akses transportasi dan fasilitas umum menyebabkan kerugian Rp110.117.582.000, sehingga total kerugian sektor ini mencapai Rp155.997.582.000. Sektor ekonomi juga terdampak, dengan kerusakan mencapai Rp130,275 miliar dan kerugian akibat penurunan aktivitas ekonomi mencapai Rp14.188.511.000.
Dampak sosial berupa gangguan layanan kesehatan, pendidikan, dan peningkatan kebutuhan bantuan sosial juga tercatat, dengan total kerugian Rp36.786.198.314. Kerugian lintas sektor mencapai Rp352.452.000. "Banjir Jabodetabek 2024 menjadi salah satu bencana dengan dampak ekonomi dan sosial yang besar," kata Abdul Muhari.
Upaya Mitigasi dan Pencegahan Bencana
BNPB menekankan pentingnya upaya pencegahan bencana, dengan menyatakan bahwa "akan lebih baik memaksimalkan upaya pencegahan atau menjaga ketimbang menanggulangi dampak bencana." BNPB telah berkontribusi melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi intensitas hujan dan juga memberikan bantuan dana operasional, logistik, dan peralatan senilai Rp8.225.706.356 kepada pihak-pihak terkait.
Data rinci kerugian akibat banjir Jabodetabek 2024 ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak sangat krusial dalam mengurangi risiko dan dampak bencana di masa mendatang. Upaya-upaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan perlu terus ditingkatkan untuk mencegah terulangnya bencana serupa dengan skala kerugian yang besar.
Kesimpulannya, banjir Jabodetabek 2024 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya manajemen risiko bencana yang komprehensif. Tidak hanya respon darurat, tetapi juga upaya pencegahan dan mitigasi jangka panjang yang perlu menjadi fokus utama agar kerugian ekonomi dan sosial akibat bencana alam dapat diminimalisir.